
Ilustrasi sedang berdiri (Foto: Pexels/Roman Biernacki)
Jakarta, Jurnas.com - Cara seseorang berdiri ternyata bisa mengungkap lebih banyak tentang karakter kepribadiannya daripada yang Anda kira. Penelitian terbaru dari McGill University menunjukkan bahwa postur tubuh alami, yang terbentuk di luar kesadaran dan bukan hasil dari pose sesaat, mencerminkan sikap seseorang terhadap kekuasaan, hierarki sosial ataustruktur sosial, hingga kecenderungan manipulatif.
Temuan ini datang dari riset yang dipimpin oleh Soren Wanio-Theberge dan Jorge Armony, yang sebelumnya meneliti keterkaitan antara bahasa tubuh dan emosi. Kali ini, mereka membuktikan bahwa postur tubuh alami seseorang—bukan hasil rekayasa atau pose—dapat memberi sinyal sosial yang konsisten dari waktu ke waktu.
Penelitian melibatkan lebih dari 600 partisipan muda dewasa dan dilakukan melalui lima eksperimen berbeda. Empat di antaranya menggunakan foto postur alami peserta, sementara satu studi dilakukan di laboratorium dengan pengukuran fisiologis.
Lestari Moerdijat: Gerakan Pramuka Harus Mampu Mainkan Peran Strategis Bangun Karakter Generasi Muda
Hasilnya mengungkap bahwa orang yang berdiri tegak dan terbuka cenderung memiliki pandangan kompetitif serta kepercayaan pada dominasi sosial. Mereka juga lebih mungkin menunjukkan ciri-ciri kepribadian seperti manipulatif dan tidak toleran terhadap posisi sosial yang rendah.
Sebaliknya, individu yang memiliki postur lebih fleksibel—kadang terbuka, kadang netral—cenderung tidak begitu percaya pada sistem hierarki. Mereka menunjukkan pendekatan sosial yang lebih adaptif dan tidak terikat pada kebutuhan untuk tampil dominan.
Meski sempat dikaitkan dengan konsep "power pose", studi ini menegaskan bahwa berdiri dengan cara tertentu tidak serta-merta mengubah pola pikir seseorang. Yang justru lebih berpengaruh adalah postur yang terbentuk secara alami dan konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti juga menemukan bahwa postur tersebut bertahan stabil setidaknya selama satu bulan, berdasarkan pengukuran ulang terhadap partisipan. Ini memperkuat gagasan bahwa postur bukan sekadar respons emosional sesaat, melainkan bagian dari ciri kepribadian yang menetap.
Lebih lanjut, postur tubuh ternyata memainkan peran dalam strategi sosial yang digunakan seseorang. Cara berdiri bisa menjadi alat untuk mengekspresikan kepercayaan diri, atau bahkan bentuk halus dari intimidasi dalam interaksi sosial.
Namun, peneliti juga mengingatkan bahwa tidak semua postur dominan berarti seseorang berbahaya atau manipulatif. Sebab, konteks, budaya, hingga kondisi fisik seperti usia dan massa otot juga memengaruhi cara seseorang berdiri.
Oleh karena itu, meskipun postur dapat memberi kesan pertama yang kuat, ia sebaiknya dibaca bersama dengan sinyal lain seperti ekspresi wajah, intonasi suara, dan gerak tubuh secara keseluruhan. Dalam interaksi sosial, tiap elemen nonverbal saling melengkapi dan memberi makna yang lebih utuh.
Menariknya, studi ini juga menyoroti kemungkinan adanya "lingkaran umpan balik" antara postur dan perlakuan sosial. Seseorang yang terbiasa berdiri tegak bisa saja lebih dihormati, dan perlakuan itu justru memperkuat posturnya seiring waktu.
Namun, bukan berarti mereka yang membungkuk selalu rendah diri atau minder. Dalam banyak kasus, postur tubuh mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan sosial, bukan sekadar kelemahan karakter.
Kesimpulannya, cara berdiri seseorang mengandung informasi psikologis yang penting dan stabil, khususnya terkait bagaimana ia memandang hubungan sosial dan struktur kekuasaan. Temuan ini bukan hanya menambah pemahaman tentang bahasa tubuh, tapi juga membuka cara baru dalam membaca dinamika sosial di kehidupan sehari-hari. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Bahasa tubuh Cara berdiri Postur tubuh Karakter Kepribadian