Rabu, 20/08/2025 19:07 WIB

Waspadai Cacingan pada Anak, Kenali Penyebab, Gejala, dan Risiko Kesehatannya

Cacingan adalah infeksi parasit atau cacing yang masuk ke dalam tubuh, biasanya menyerang saluran pencernaan manusia, khususnya usus. Kondisi ini disebabkan oleh masuknya telur atau larva cacing ke dalam tubuh, dan paling sering dialami oleh anak-anak.

Ilustrasi cacingan (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Cacingan adalah infeksi parasit atau cacing yang masuk ke dalam tubuh, biasanya menyerang saluran pencernaan manusia, khususnya usus. Kondisi ini disebabkan oleh masuknya telur atau larva cacing ke dalam tubuh, dan paling sering dialami oleh anak-anak.

Anak lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna. Selain itu, kebiasaan bermain di tanah, menyentuh benda kotor, dan belum terbiasa menjaga kebersihan diri membuat mereka lebih mudah terinfeksi.

Beberapa jenis cacing yang umum menyerang manusia antara lain cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang, cacing pita, cacing pipih, dan Trichinella. Setiap jenis memiliki cara penyebaran dan gejala yang berbeda, namun semuanya sama-sama bisa mengganggu kesehatan anak secara serius jika tidak diobati.

Cacing kremi biasanya menimbulkan rasa gatal di sekitar anus, terutama pada malam hari. Cacing gelang dan cacing tambang bisa menyebabkan nyeri perut, diare, serta kekurangan nutrisi karena menyerap zat gizi dari usus.

Infeksi cacing Trichinella bahkan bisa menimbulkan mual, muntah, dan pembengkakan otot, terutama jika tertelan dari daging mentah atau setengah matang. Sedangkan cacing pita dapat tumbuh hingga beberapa meter di dalam tubuh, menyerap nutrisi dan menyebabkan penurunan berat badan drastis.

Gejala umum cacingan pada anak antara lain perut kembung, gatal di anus, sakit perut berulang, diare, mual, muntah, berat badan sulit naik, lemas, dan kehilangan nafsu makan. Jika berlangsung lama, kondisi ini bisa menyebabkan malnutrisi, anemia, bahkan gangguan tumbuh kembang.

Cacingan juga bisa menyerang tanpa gejala yang jelas. Beberapa anak tampak sehat, tetapi sebenarnya terinfeksi dan menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala sekecil apa pun.

Penyebaran cacing bisa terjadi lewat berbagai cara, mulai dari konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, menyentuh tanah tanpa alas kaki, hingga tidak mencuci tangan setelah bermain atau buang air. Telur cacing juga bisa berpindah melalui kuku yang kotor dan benda sehari-hari seperti mainan.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan infeksi antara lain tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk, akses terbatas terhadap air bersih, atau kebiasaan buruk seperti buang air sembarangan. Anak-anak yang tinggal di daerah tropis, seperti Indonesia, juga lebih rentan karena iklim yang mendukung perkembangbiakan cacing.

Diagnosis cacingan bisa dilakukan melalui pemeriksaan feses untuk melihat telur atau larva parasit, tes darah, hingga uji pita untuk mendeteksi cacing kremi. Dalam kasus tertentu, dokter mungkin menggunakan pencitraan medis atau kolonoskopi untuk melihat dampak infeksi yang lebih dalam.

Jika tidak ditangani dengan baik, cacingan bisa menimbulkan komplikasi seperti anemia akibat kekurangan zat besi, dehidrasi karena diare berkepanjangan, penyumbatan usus, bahkan infeksi yang menyebar ke organ vital seperti mata, otak, atau jantung.

Pencegahan tetap menjadi langkah terbaik. Biasakan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah ke toilet, hindari makanan mentah, jaga kebersihan kuku dan lingkungan, serta gunakan alas kaki saat bermain di luar rumah.

Selain itu, berikan obat cacing secara berkala setiap 6 bulan sekali sesuai anjuran dokter, terutama jika anak tinggal di lingkungan dengan risiko tinggi infeksi parasit. (*)

Sumber: Halodoc, Ciputrahospital, dan berbagai sumber lainnya.

KEYWORD :

Cacingan infeksi parasit Penyebab cacingan Gejala cacingan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :