
Ilustrasi nyamuk sedang mengisap darah (Foto: Pexels/Jimmy Chan)
Jakarta, Jurnas.com - Nyamuk kerap dianggap remeh, dipandang sebagai pengganggu, penghisap darah, dan pembawa penyakit. Namun Al-Qur’an justru menyebut nyamuk secara eksplisit. Bahkan Allah jadikan makhluk ini sebagai perumpamaan dalam salah satu ayat-Nya.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 26, Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Maka orang-orang yang beriman tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan mereka. Tapi mereka yang kafir berkata, `Apa maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?` Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan itu pula banyak yang diberi petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang fasik." (QS. Al-Baqarah: 26)
Ayat ini menekankan bahwa setiap ciptaan, bahkan yang paling kecil sekalipun, menyimpan pelajaran berharga. Allah tidak menyebut nyamuk begitu saja, melainkan sebagai bentuk pembuktian bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja.
Jika orang beriman akan memahami makna di baliknya, sebaliknya orang kafir justru menganggapnya sia-sia. Di sinilah letak perbedaan sikap hati terhadap petunjuk.
Allah menyandingkan nyamuk dengan "apa yang lebih rendah dari itu", menunjukkan betapa luasnya spektrum ciptaan yang bisa dijadikan perumpamaan. Semuanya bertujuan agar manusia bertafakur, berpikir, dan mengenal Tuhannya lebih dalam.
Dalam Al-Qur’an sendiri, beberapa hewan lain juga dijadikan contoh, seperti laba-laba, lalat, semut, lebah, bahkan anjing. Setiap makhluk hidup memiliki nilai hikmah yang bisa dibaca oleh hati yang jernih.
Dikutip dari berbagai sumber, khusus nyamuk, penciptaannya menyimpan banyak keajaiban yang baru terbongkar di era sains modern. Meskipun kecil, strukturnya rumit, teknologinya canggih, dan perannya dalam ekosistem tidak sederhana.
Di kepala nyamuk, para ilmuwan menemukan sekitar seratus mata kecil yang tersusun menyerupai sarang lebah. Bagian mulutnya memiliki 48 gigi mikroskopis yang memungkinkannya menembus kulit.
Lebih dari itu, nyamuk juga memiliki tiga jantung, masing-masing dengan peran yang berbeda. Dua di antaranya mengatur pergerakan sayap, satu lainnya menjadi pusat sistem sirkulasi tubuhnya.
Ada pula sensor panas ultra sensitif di bagian antena nyamuk, yang membuatnya mampu mendeteksi suhu tubuh manusia dalam gelap gulita. Ia tidak perlu cahaya untuk mencari mangsa, cukup dengan panas tubuh.
Menariknya, nyamuk juga memiliki sistem seleksi darah. Ia bisa memilih darah mana yang cocok dengan tubuhnya dan mana yang tidak.
Hal ini menjelaskan mengapa dalam satu ruangan yang sama, satu orang bisa diserang nyamuk habis-habisan, sementara orang lain tidak sama sekali. Pilihannya bukan acak, tapi ilmiah.
Selain itu, nyamuk juga membawa alat bius alami dalam sengatannya. Ini menjelaskan kenapa kita sering tidak menyadari saat digigit, dan baru merasakan gatal setelah nyamuk pergi.
Belalainya terdiri dari enam pisau kecil. Empat pisau digunakan untuk merobek kulit, dua lainnya untuk menyedot darah melalui pembuluh kecil buatan nyamuk itu sendiri.
Selagi menyedot darah, sayapnya bergetar dan menghasilkan suara dengung khas yang sering mengganggu tidur manusia. Namun sebenarnya itu adalah bagian dari mekanisme kerja tubuhnya.
Kakinya pun dirancang dengan kemampuan canggih. Jika ia ingin hinggap di permukaan kasar, maka akan keluar kuku pengait, dan bila di permukaan licin, muncullah kuku penahan.
Fakta-fakta ilmiah ini seakan membenarkan firman Allah bahwa tak ada satu pun ciptaan-Nya yang sia-sia. Semua tertata dengan sempurna dan berfungsi sesuai kehendak-Nya.
Rasulullah SAW bahkan pernah bersabda, "Seandainya dunia ini sebanding dengan satu sayap nyamuk di sisi Allah, maka Dia tidak akan memberikan seteguk air pun kepada orang kafir." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukan sekadar perumpamaan, tetapi penegasan bahwa dunia tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Bahkan lebih rendah dari satu sayap nyamuk.
Dari sini, nyamuk menjadi simbol betapa rendahnya dunia, sekaligus menjadi pengingat bahwa kita jangan sampai tertipu olehnya.
Maka wajar bila Allah menggunakan nyamuk untuk menggugah kesadaran manusia. Karena jika terhadap makhluk sekecil itu saja kita bisa melihat kebesaran-Nya, maka iman akan tumbuh semakin kuat.
Apalagi jika kita renungkan bahwa nyamuk pun punya predator alami, seperti cecak, tokek, karak, dan burung-burung kecil. Semua saling terhubung dalam sistem yang rapi dan seimbang.
Di saat yang sama, kita tahu ada berbagai jenis nyamuk dengan karakter yang berbeda. Anopheles membawa malaria dari air kotor, Aedes aegypti menyebarkan demam berdarah dari air bersih, sedangkan Culex relatif tidak berbahaya.
Keanekaragaman ini menunjukkan bahwa dalam ciptaan kecil pun ada keragaman fungsi dan tugas. Semua diciptakan tidak sia-sia.
Al-Qur’an menegaskan dalam surat Al-Mulk ayat 3: "Kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhanmu yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang."
Ayat ini memperkuat pesan bahwa segala sesuatu, dari yang tampak besar seperti paus hingga sekecil nyamuk atau bahkan virus, merupakan bagian dari rancangan yang sempurna.
Nyamuk, dalam segala keterbatasannya, justru membuka mata kita terhadap keluasan ilmu Allah. Maka, semakin banyak kita mengetahui detailnya, seharusnya semakin besar pula rasa kagum dan iman kita kepada-Nya. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Keistimewaan nyamuk Perumpamaan nyamuk Alquran Sains