Selasa, 19/08/2025 16:29 WIB

Mengenal Achmad Soebardjo, Tokoh Kunci Diplomasi dan Kemerdekaan Indonesia

Nama Achmad Soebardjo mungkin tidak setenar Soekarno atau Hatta di buku sejarah sekolah, namun kontribusinya terhadap kemerdekaan dan diplomasi Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia adalah diplomat ulung, perumus kemerdekaan, dan Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia.

Ilustrasi - Mengenal Achmad Soebardjo, Tokoh Kunci Diplomasi dan Kemerdekaan Indonesia (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Nama Achmad Soebardjo mungkin tidak setenar Soekarno atau Hatta di buku sejarah sekolah, namun kontribusinya terhadap kemerdekaan dan diplomasi Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia adalah diplomat ulung, perumus kemerdekaan, dan Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia.

Dikutip dari berbagai sumber, Achmad Soebardjo lahir di Teluk Jambe, Karawang, pada 23 Maret 1896, dari keluarga berdarah campuran Aceh, Jawa, dan Bugis. Latar belakang keluarganya yang kuat dalam pendidikan dan pemerintahan, serta nilai-nilai luhur yang diajarkan orang tuanya, membentuk karakter Soebardjo sebagai sosok yang rendah hati namun teguh pendirian.

Ayahnya, Teuku Muhammad Yusuf, adalah seorang mantri polisi keturunan bangsawan Aceh. Ibunya, Wardinah, merupakan putri seorang camat di Cirebon yang dikenal cekatan dan cerdas, serta mahir membatik dan menulis aksara Jawa.

Nama lengkapnya adalah Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, nama yang ia pilih dan sempurnakan sendiri saat ditahan dalam Peristiwa 3 Juli 1946. Sejak kecil, ia dikenal cerdas dan kritis, bahkan sudah fasih berbahasa Belanda saat duduk di bangku sekolah dasar Eropa.

Semangat melawan diskriminasi rasial ia tunjukkan sejak muda, terutama saat mendapat perlakuan merendahkan dari kepala sekolah Belanda yang menganggap pribumi tak layak mendapat pendidikan tinggi. Dari sinilah tekadnya tumbuh untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pantas berdiri sejajar dengan bangsa lain.

Soebardjo menempuh pendidikan hukum di Universitas Leiden, Belanda, dan lulus dengan gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada 1933. Selama di Belanda, ia aktif dalam gerakan mahasiswa dan jaringan nasionalis Indonesia di Eropa.

Kiprah politiknya kian menonjol ketika ia tergabung dalam BPUPKI, badan bentukan Jepang untuk menyusun dasar negara Indonesia. Ia kemudian menjadi bagian dari Panitia Sembilan, tim yang merumuskan Pembukaan UUD 1945, termasuk kalimat legendaris “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.”

Tak berhenti di sana, ia juga menjadi penghubung antara golongan tua dan muda dalam dinamika menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945. Ia berperan besar dalam perumusan naskah proklamasi bersama Soekarno dan Hatta, termasuk menyumbang rumusan alinea pertama.

Setelah proklamasi, pada 18 Agustus 1945, Achmad Soebardjo resmi dilantik menjadi Menteri Luar Negeri pertama RI dalam kabinet presidensial pertama. Meskipun masa jabatannya saat itu hanya berlangsung tiga bulan, perannya krusial dalam membuka hubungan diplomatik Indonesia dengan dunia internasional.

Ia kembali menjabat posisi yang sama pada tahun 1951–1952 dan juga dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk Swiss pada periode 1957–1961. Dalam dunia pendidikan, Soebardjo turut mengabdi sebagai profesor sejarah diplomasi di Universitas Indonesia.

Sosoknya yang tenang dan tidak haus popularitas menjadi ciri khas sepanjang hidupnya. Ia selalu menjunjung tinggi prinsip “sepi ing pamrih, rame ing gawe”, sebuah falsafah Jawa yang menekankan pengabdian tanpa pamrih.

Achmad Soebardjo wafat pada 15 Desember 1978 di Jakarta dalam usia 82 tahun. Ia dimakamkan di Cipayung, Bogor, dan baru pada tahun 2009 pemerintah secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.

Meski tidak sering disebut dalam narasi besar kemerdekaan, jejak perjuangan Achmad Soebardjo adalah fondasi dari arah politik luar negeri Indonesia. Lewat diplomasi, ia mengawal kemerdekaan, menyatukan perbedaan, dan membawa nama Indonesia ke hadapan dunia. (*)

KEYWORD :

Achmad Soebardjo Menlu pertama Indonesia pahlawan nasional Sejarah diplomasi Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :