Selasa, 19/08/2025 14:21 WIB

Generasi Sandwich dan Menengah "Kejepit" Jadi Tantangan Ekonomi

Indonesia terancam menghadapi bonus demografi yang mengkhawatirkan, meski sudah berusia 80 tahun.

Ilustrasi generasi sandwich (Foto: Generated by AI/ChatGPT)

Jakarta, Jurnas.com - Indonesia terancam menghadapi bonus demografi yang mengkhawatirkan, meski sudah berusia 80 tahun. Keberadaan generasi sandwich, kelas menengah yang terjepit, usia produktif yang kekurangan akses pekerjaan, menjadi tantangan finansial yang menghambat perekonomian negara.

Terbatasnya lapangan pekerjaan dan tiadanya dana pensiun yang dimiliki generasi sebelumnya untuk menghidupi dirinya sendiri tanpa membebankan kehidupannya kepada generasi selanjutnya menjadi sebab beratnya beban generasi sandwich.

Pada 2030 hingga 2040 negara Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan demografi dengan penduduk usia produktif akan jauh lebih banyak. Namun dengan adanya generasi sandwich, maka peningkatan produktivitas dan perekonomi akan terhambat.

"Butuh pemersatu kelas menengah kejepit supaya bisa bertahan bareng-bareng," kata CEO Infipop, Irfan `Fanbul` Prabowo, dalam kegiatan `Festival Dukung Semua Bisa` di Hallf Patiunus, Jakarta Selatan, Minggu (17/8/2025) kemarin.

Fanbul menjelaskan, semestinya organisasi seperti Ikatan Alumni Universitas Indonesai (ILUNI UI) mampu menjadi tempat atau medium bagi para alumni untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuannya. Supaya alumni-alumni lain yang posisinya sedang terjepit bisa berkembang menjadi lebih baik.

"Calon Ketum/Sekjend Iluni UI, Ivan Ahda dan Boy (Andy Tirta), bisa berperan sebagai Nick Fury (mentor) bagi alumni UI yang berada di kelas menengah dan kejepit," kata Irfan.

Sementara itu, founder Think Policy, Andhyta F. Utamni, mengatakan wadah organisasi ILUNI UI selama tiga tahun ke depan pada kepengurusan yang baru akan terlihat tergantung dari cara calon ketua umumnya meletakkan kekuasaan di pandangannya.

Menurut dia, apabila sosok calon ketua umum ILUNI UI berasal dari lingkaran kekuasaan dan kekayaan sedari kecil, maka secara psikologis akan merasa cemas (insecure) dan cenderung akan terus menjaga kekuasaannya.

"Tapi berbeda jika dia bukan berasal dari lingkaran kekuasaan dan kekayaan, maka ketika dia mendapatkannya, kedua hal tersebut akan dia berikan demi kepentingan orang lain," ujar Dhyta.

Dalam kesempatan yang sama, calon ketua umum ILUNI UI nomor urut tiga, Ivan Ahda menyampaikan, keputusannya untuk maju kembali di pemilihan kali ini karena dia merasakan dan mengetahui masih banyak alumni UI yang kondisinya tidak baik-baik saja, sama seperti kondisi kelas menengah di Indonesia yang terjepit.

Menurut Ivan, masalah ini harus diselesaikan secara bersama termasuk Iluni UI pusat, fakultas, wilayah, chapter, dan pemangku kebijakan di Republik Indonesia. Sebab masalah The Commoners, sebutan Ivan bagi alumni UI, bukan hanya masalah kampus tetapi sudah menjadi masalah nasional.

Hal inilah yang menjadi alasan kuat Ivan dan Boy untuk maju menjadi ketua umum dan sekretaris jenderal ILUNI UI periode 2025-2028, supaya masalah yang dihadapi para alumni UI secara umum bisa menjadi sumbangsih solusi bagi permasalahan negara.

"Salah satu alasan mengapa saya mau maju sebagai Caketum Iluni UI karena untuk menjaga marwah Universitas Indonesia dan bangsa. Kami tidak ingin menyerahkan kampus dan alumni UI kepada orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengambil keuntungan transaksional dan keuntungan sesaat," kata Ivan.

KEYWORD :

Generasi Sandwich Masyarakat Kelas Menengah Tantangan Ekonomi ILUNI UI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :