Senin, 18/08/2025 17:16 WIB

Mengenal Arti Merdeka dari dalam Diri, Pelajaran Stoikisme untuk Era Modern

Bagi para filsuf Stoik seperti Epictetus, melihat kebebasan dari sudut pandang yang lebih dalam dan personal. Kebebasan atau kemerdekaan bukan tentang bebas dari aturan, melainkan bebas dari dominasi emosi dan keinginan yang tak terkendali.

Ilustrasi - Mengenal Arti Merdeka dari dalam Diri, Pelajaran Stoikisme untuk Era Modern (Foto: Ist)

Jkarta, Jurnas.com - Kata “merdeka” sering kali diasosiasikan dengan kebebasan politik, hak berbicara, atau kemerdekaan bertindak. Setiap Agustus, kata “merdeka” menggema di seluruh negeri, identik dengan perjuangan melawan penjajahan dan kebebasan politik. Namun di balik makna historisnya, filsafat Stoikisme menawarkan pandangan yang lebih dalam tentang arti merdeka, yakni kebebasan yang tidak bergantung pada keadaan luar.

Dikutip dari berbagai sumber, Stoikisme, aliran filsafat Yunani Kuno yang berkembang sejak abad ke-3 SM, menekankan pentingnya pengendalian diri dan penerimaan terhadap realitas. Bagi para filsuf Stoik seperti Epictetus, melihat kebebasan dari sudut pandang yang lebih dalam dan personal. Kebebasan atau kemerdekaan bukan tentang bebas dari aturan, melainkan bebas dari dominasi emosi dan keinginan yang tak terkendali.

Bagi Epictetus, merdeka bukan soal lepas dari kekuasaan atau penjajahan, tapi tentang lepas dari perbudakan batin yang tak kasat mata. Ia percaya bahwa hanya orang terpelajar yang benar-benar bebas—bukan karena ilmunya luas, melainkan karena ia mengerti cara hidup dengan bijaksana.

Pandangan ini membuat pendidikan dalam Stoikisme berbeda dari definisi konvensional. Pendidikan bukan sekadar tumpukan teori, melainkan kemampuan mengenali diri sendiri, berpikir jernih, dan tidak dikuasai oleh emosi atau tekanan luar.

Karena itu, orang yang tak memahami dirinya akan terus menjadi budak dari opini publik, dorongan sesaat, dan keadaan yang berubah-ubah. Sebaliknya, orang bijak adalah mereka yang bisa berdiri teguh di tengah badai, karena ia tahu apa yang bisa dikendalikan dan apa yang tidak.

Epictetus bahkan menegaskan bahwa kekuasaan tak menjamin kebebasan, karena banyak penguasa justru hidup dalam ketakutan dan kecemasan. Sebaliknya, orang yang hidup dengan prinsip dan kesadaran diri bisa bebas, meski secara fisik ia dibatasi.

Di era modern, makna “terpelajar” sering dikaitkan dengan gelar akademik atau pencapaian sosial. Tapi dalam Stoikisme, terpelajar adalah mereka yang melatih pikirannya untuk tidak reaktif, yang memilih bertindak berdasarkan akal sehat, bukan perasaan sesaat.

Pandangan ini sejalan dengan inti Stoikisme yang menekankan pengendalian diri sebagai bentuk tertinggi dari kebebasan. Kebebasan yang tidak bergantung pada dunia luar, tetapi pada kemerdekaan dalam berpikir dan bersikap.

Dalam konteks hari ini, ketika kita sering merasa dikendalikan oleh teknologi, opini, atau tuntutan sosial, ajaran Epictetus terasa semakin relevan. Ia mengingatkan bahwa merdeka sejati bukan tentang seberapa luas ruang gerak kita, tapi seberapa bebas kita dari jeratan dalam diri sendiri.

Dengan memahami makna kemerdekaan menurut filsafat Stoikisme, kita diajak melihat bahwa perjuangan terbesar bukan melawan penjajah luar, tetapi melawan kekacauan di dalam pikiran. Dan hanya mereka yang menguasai diri, meningkatkan pengetahuan, mendalami kebijaksanaan, yang pada akhirnya benar-benar merdeka. (*)

KEYWORD :

Arti Merdeka Stoikisme Epictetus Era Modern Kemerdekaan Kebebasan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :