Senin, 18/08/2025 00:30 WIB

Asal Usul Balap Karung, Lomba Ikonik 17 Agustus yang Sarat Makna

Setiap peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, lomba balap karung jadi salah satu tontonan yang paling ditunggu. Terkesan sederhana, namun justru di situlah daya tariknya

Gambar lomba balap karung dalam momen Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia (Foto:RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, lomba balap karung jadi salah satu tontonan yang paling ditunggu. Terkesan sederhana, namun justru di situlah daya tariknya. Di balik aksi lucu peserta yang terjatuh, terguling, atau lompat-lompat penuh semangat, tersimpan kisah historis yang mencerminkan realitas Indonesia pasca-kemerdekaan.

DIkutip dari berbagai sumber, jejak balap karung dapat ditelusuri hingga masa kolonial Belanda. Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, permainan ini disebut mulai diperkenalkan oleh misionaris Belanda melalui sekolah-sekolah dan acara komunitas. Awalnya dimainkan oleh anak-anak usia 6–12 tahun, balap karung cepat menyebar dan menjadi hiburan favorit karena murah, mudah, dan menyenangkan.

Masyarakat Betawi, khususnya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, disebut sebagai kelompok pertama yang rutin memainkan permainan ini di lingkungan mereka. Seiring waktu, balap karung tak hanya jadi milik anak-anak, tapi juga digemari oleh semua usia.

Ada pula versi yang menyebut balap karung mulai berkembang pada masa penjajahan Jepang, saat rakyat hidup dalam tekanan dan kekurangan sandang. Karung goni yang biasanya dipakai menyimpan beras, digunakan masyarakat sebagai pakaian darurat.

Dari kebiasaan meloncat dalam balutan karung inilah, muncul permainan spontan yang kemudian menjadi budaya. Kreativitas rakyat di masa sulit membuktikan bahwa keceriaan bisa tumbuh meski dalam keterbatasan.

Setelah Indonesia merdeka, balap karung menjelma menjadi lomba wajib dalam perayaan HUT RI di berbagai daerah. Tak perlu peralatan mewah atau biaya besar, hanya semangat dan tawa bersama yang jadi modal utama.

Kini, variasinya semakin beragam. Ada balap karung beregu, menggunakan helm, bahkan dilombakan dengan mata tertutup. Namun satu hal yang tak berubah: semangat persatuan dan kebersamaan yang menyertainya.

Balap karung menyimpan makna filosofis yang kuat. Gerakan meloncat dalam karung menggambarkan kegigihan di tengah keterbatasan. Rasa lelah, jatuh, dan bangkit kembali adalah metafora dari perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan.

Selain itu, lomba ini mengajarkan sportivitas dan kebersamaan. Siapapun bisa ikut, tanpa melihat latar belakang sosial, usia, atau status. Semua setara dalam semangat merdeka.

Di sisi lain, balap karung juga menunjukkan daya cipta rakyat. Dari permainan sederhana, ia berkembang menjadi warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Meski zaman berubah, balap karung tetap hidup di tengah masyarakat. Ia bukan hanya bagian dari tradisi Agustusan, tapi juga pengingat bahwa semangat merdeka tak selalu berbentuk kegiatan formal. (*)

KEYWORD :

Balap karung Lomba 17 Agustus HUT RI Hari Kemerdekaan Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :