Sabtu, 16/08/2025 22:30 WIB

Kisah Rasulullah SAW Meluruskan Mitos Bulan Safar

Di tengah masyarakat Arab sebelum datangnya Islam, bulan Safar kerap dipandang dengan kacamata penuh rasa was-was

Ilustrasi - bulan Safar (Foto: Kabiantour)

Jakarta, Jurnas.com - Di tengah masyarakat Arab sebelum datangnya Islam, bulan Safar kerap dipandang dengan kacamata penuh rasa was-was.

Banyak orang kala itu enggan melakukan perjalanan, menunda pernikahan, hingga mengurungkan niat untuk berdagang hanya karena takut akan apa yang mereka sebut `kesialan Safar`.

Namun, pandangan keliru ini diluruskan langsung oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ

Artinya: “Tidak ada (keyakinan) penularan (yang berdiri sendiri), tidak ada tathayyur (menganggap sial pertanda), tidak ada (keyakinan) hama, dan tidak ada (keyakinan sial) pada bulan Safar.”

Pesan penting dari hadits ini sederhana namun sangat dalam, bulan Safar tak berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Tidak ada istilah waktu naas atau hari sial. Kesialan justru datang dari perilaku manusia yang melanggar aturan Allah, bukan dari pergantian bulan.

Para sahabat pun meneladani ajaran ini dengan sikap penuh keyakinan. Mereka tetap berdagang, menikah, bahkan berangkat berjihad di bulan Safar tanpa rasa takut. Justru hal itu menjadi bukti kuat akan tauhid dan tawakal yang mereka pegang teguh.

Kini, mitos tentang Safar perlahan memudar. Yang tersisa hanyalah pelajaran berharga bahwa keyakinan salah bisa menghambat langkah, sementara iman justru membebaskan manusia dari rasa takut yang tak berdasar.

KEYWORD :

Info Keislaman bulan Safar Rasulullah SAW Kisah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :