
Mentan bek Chelsea, Thiago Silva (Foto: Sky Sports)
Jakarta, Jurnas.com - Pengalaman bermain di dua liga top dunia, yakni Liga Inggris dan Liga Brasil, memberikan perspektif unik bagi bek veteran Thiago Silva.
Mantan kapten timnas Brasil tersebut menyoroti perbedaan mencolok dalam intensitas pertandingan di kedua liga, yang menurutnya sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca.
Silva menjelaskan bahwa di Liga Inggris, para pemain bisa tampil dalam kondisi fisik optimal selama sekitar tujuh bulan, berkat cuaca sejuk dengan suhu rata-rata 18 derajat Celsius. Kondisi ini memungkinkan mereka mempertahankan performa tinggi sepanjang pertandingan maupun musim.
Sebaliknya, di Liga Brasil, situasinya jauh berbeda. Cuaca panas yang ekstrem membuat intensitas permainan sulit dipertahankan selama 90 menit penuh.
“Di babak pertama, intensitas bisa terjaga. Tapi di babak kedua, bahkan untuk berjalan saja terasa berat karena panasnya,” ungkap Silva dikutip dari Globo Esporte pada Jumat (15/8).
Pengalaman ini, lanjut Silva, menjadi gambaran tantangan yang dihadapi pemain yang terbiasa bermain di negara beriklim dingin. Ketika harus tampil di negara dengan kelembapan tinggi dan cuaca panas tanpa waktu adaptasi yang cukup, fisik mereka bisa cepat terkuras, bahkan berisiko cedera.
Komentar Silva menjadi pengingat bahwa performa di lapangan tidak hanya ditentukan oleh taktik dan keterampilan, tetapi juga oleh faktor lingkungan, khususnya cuaca, yang dapat menjadi penentu hasil pertandingan maupun jalannya kompetisi.
Sepakbola Dunia Thiago Silva Inggris Brasil