
Legenda Manchester United, Eric Cantona (Foto: Sky Sports)
Jakarta, Jurnas.com - Nama Eric Cantona selalu menjadi bahan perbincangan di dunia sepak bola. Ia mungkin tidak mencetak gol sebanyak Romelu Lukaku, tak pernah mengangkat trofi Piala Dunia, atau meraih Ballon d`Or.
Akan tetapi, sosoknya tetap diakui sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah menghiasi lapangan hijau, perpaduan antara talenta luar biasa dan temperamen yang meledak-ledak.
Perjalanan karier Cantona dimulai dengan cara yang tak biasa. Pada usia 14 tahun, ia memilih menjadi kiper, namun cepat bosan dan beralih posisi. Setelah meninggalkan kampung halamannya di Marseille dan menandatangani kontrak dengan Auxerre, ia justru terkena skors hanya seminggu kemudian karena terlibat perkelahian.
Kariernya di awal memang penuh gejolak dari Bordeaux hingga Montpellier, bakatnya selalu diiringi masalah dengan rekan setim atau pelatih.
Titik balik sempat datang saat ia bergabung dengan Nîmes, namun lagi-lagi meledak. Dalam sebuah laga, usai menerima kartu merah, Cantona melempar bola ke arah kepala wasit.
Aksi ini membuatnya dilarang bermain dan memutuskan pensiun di usia 25 tahun. Untungnya, legenda Prancis Michel Platini berhasil membujuknya kembali ke lapangan, dengan Leeds United menjadi pelabuhan berikutnya.
Tak butuh waktu lama, ia langsung meraih trofi. Namun, masalah dengan pelatih kembali muncul, membuat Leeds melepasnya.
Keputusan kontroversial Manchester United merekrutnya dari Leeds menjadi awal babak ikonik. Datang saat United kesulitan mencetak gol, Cantona langsung memberi dampak, 9 gol dan 11 assist di musim pertamanya, mengakhiri puasa gelar 26 tahun klub.
Musim berikutnya ia tampil penuh, mencetak 25 gol dan 13 assist, meraih gelar ganda domestik, dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Inggris.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Dunia masih mengingat insiden tendangan kungfu Cantona kepada seorang fans Crystal Palace yang mengejeknya. Hukuman larangan bermain selama sembilan bulan menjadi titik terendah kariernya.
Ia bahkan sempat berniat meninggalkan sepak bola, sebelum Sir Alex Ferguson memintanya kembali. Hasilnya? Gol ke gawang Liverpool di laga comeback, diikuti gelar juara Liga Inggris di akhir musim, memulai dominasi empat musim beruntun.
Lalu, pada puncak kejayaannya di usia 30 tahun, Cantona memutuskan gantung sepatu. Tanpa Piala Dunia, tanpa Ballon d`Or, ia tetap dikenang sebagai Raja di Old Trafford, pemeran utama di Theater of Dreams yang karismanya tak pernah pudar.
KEYWORD :Sepakbola Dunia Eric Cantona Manchester United Legenda