Rabu, 13/08/2025 15:04 WIB

Dompet Dhuafa Gelar Sarasehan Tokoh Bangsa, Gaungkan Merdeka dari Kemiskinan

Kita ingin mempertegas bahwa kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan. Melalui forum ini, kami berharap lahir komitmen bersama untuk mempercepat pengentasan kemiskinan secara sistemik dan berkelanjutan dan juga peran filantropi

Dompet Dhuafa menggelar Sarasehan Tokoh Bangsa bertema Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan, pada Rabu (Foto: Ist/Jurnas)

Jakarta, Jurnas.com - Sambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Dompet Dhuafa menggelar Sarasehan Tokoh Bangsa bertema "Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan" pada Rabu (13/8/2025).

Acara yang digelar di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa, Jakarta Selatan ini turut menghadirkan sejumlah tokoh nasional lintas bidang, antara lain , Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI), Dr. H. Rahmat Hidayat (Sekjen Dewan Masjid Indonesia), Yudi Latif (Aktivis dan Cendekiawan), Dr. Bambang Widjojanto (Aktivis Hukum dan Demokrasi), Ahmad Juwaini (Ketua Pengurus YDDR) dan Parni Hadi (Inisiator & Ketua Pembina YDDR).

Dalam dialog kebangsaan ini, salah satu isu yang disoroti ialah bahwa Indonesia, meski menjadi negara paling dermawan di dunia versi Charities Aid Foundation (CAF), masih menghadapi tantangan kemiskinan. Berdasarkan data BPS (Maret 2025), tercatat 23,85 juta jiwa hidup dalam kemiskinan, termasuk 2,38 juta jiwa dalam kategori kemiskinan ekstrem.

Ketua Pengurus Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar forum dialog, tetapi momentum untuk menyatukan langkah para tokoh bangsa, akademisi, pelaku usaha, lembaga filantropi, dan masyarakat sipil.

"Kita ingin mempertegas bahwa kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan. Melalui forum ini, kami berharap lahir komitmen bersama untuk mempercepat pengentasan kemiskinan secara sistemik dan berkelanjutan dan juga peran filantropi," ujarnya.

Dhuafa memandang pentingnya sinergi lintas sektor. Data tahun 2024 menunjukkan, sebagai lembaga filantropi Islam yang telah berdiri lebih dari Catur Windu (32 tahun), Dompet Rp40,509 triliun secara nasional, dengan pertumbuhan 25,3% dibanding tahun sebelumnya. penghimpunan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) mencapai Rp40,509 triliun secara nasional, dengan pertumbuhan 25,3% dibanding tahun sebelumnya.

Ahmad menegaskan bahwa spirit nasionalisme dan kedermawanan adalah modal sosial yang besar. "Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan filantropi bukan hanya aksi sosial, tapi juga gerakan perubahan yang mengangkat martabat bangsa," katanya.

Sementara itu, Rahmat Hidayat menyampaikan di Indonesia, terdapat lebih dari 800 ribu masjid yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Jaringan masjid yang luas merupakan aset berharga untuk menjangkau masyarakat di berbagai daerah, baik di perkotaan maupun pedesaan.

"Dengan merajut kebersamaan, masjid dapat menjadi pusat peradaban, sarana meningkatkan kompetensi umat baik hard skill maupun soft skill, serta mereka menjadi berdaya dan terbebas dari kemiskinan," ujar Rahmat Hidayat.

Dalam sesi dialog kebangsaan ini, Yudi Latif membahas tentang Merawat Nilai-nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan Bagi Generasi. Sedangkan

Muhammad Zaitun Rasmin membahas terkait Peran MUI dalam Transformasi Sosial dan Moderasi Beragama Menuju Indonesia Merdeka dari Kemiskinan.

Adapun Dr. Bambang Widjojanto membahas tentang Tata Kelola, Keadilan Sosial dan Reformasi Struktural untuk Mengatasi Kemiskinan.

Acara ini dikemas dalam format talkshow dan diskusi terbuka yang sarat nilai reflektif namun tetap hangat. Puncaknya ditandai dengan peluncuran dua buku: “Catur Windu Dompet Dhuafa” dan “Senyum Nabi”, sebagai dokumentasi perjalanan dan semangat keteladanan.

KEYWORD :

Dompet Dhuafa sarasehan Dialog Tokoh Bangsa Merdeka dari Kemiskinan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :