
Mendikdasmen Abdul Mu`ti dalam forum G20 (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu`ti, menekankan pentingnya pendidikan bermutu, inklusif, dan berlandaskan nilai karakter sebagai fondasi utama dalam membangun peradaban yang damai, berkelanjutan, dan berkeadaban.
Hal ini disampaikan Menteri Mu’ti dalam pidato kuncinya pada G20 Interfaith Forum di Cape Town, Afrika Selatan, pada Selasa (11/8).
Menteri Mu’ti menyebut pendidikan adalah sarana paling efektif untuk membangun peradaban yang berlanjutan dengan bertumpu pada kemampuan etika, moral, dan karakter.
“Tidak ada seorangpun, terutama anak-anak, yang boleh tertinggal dari pendidikan hanya karena faktor ekonomi, geografis, kondisi fisik, gender, etnis, ras, atau agama," ujar Menteri Mu`ti dalam keterangannya pada Rabu (13/8).
Selanjutnya, Menteri Mu’ti menambahkan bahwa literasi lintas budaya dan agama penting untuk membangun karakter yang menjunjung pluralisme positif, toleransi, dan penghormatan terhadap martabat manusia. Menurut dia, karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi melalui pembiasaan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai respons terhadap perkembangan zaman, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) menjalankan dua program utama sebagai langkah awal dalam pembentukan karakter anak di Indonesia yaitu Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi pembiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, giat belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur cepat. Lalu, penguatan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
"Setiap guru menjadi `orang tua kedua` bagi siswa, membimbing potensi mereka untuk tumbuh menjadi generasi unggul," ujar Mendikdasmen.
Lebih lanjut, Mendikdasmen juga menyampaikan tentang pendekatan Pembelajaran Mendalam yang akan diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
"Pembelajaran Mendalam hadir untuk mengajak anak tidak hanya sekadar mengetahui namun juga memahami pelajaran secara lebih mendalam dan holistik dan mengedepankan tiga aspek, yakni joyful, meaningful, dan mindful," kata dia.
Setelah Mendikdasmen menyampaikan paparannya, acara berlanjut dengan diskusi panel yang menghadirkan para narasumber, yaitu Menteri Pendidikan Dasar, Afrika Selatan, Siviwe Gwarube; Direktur Eksekutif Leimena Institute, Indonesia, Matius Ho; Direktur Eksekutif Arigatou International Geneva, Kolombia, Maria Lucia Uribe Torres.
Juga, Ketua Dewan Direksi Doha International Center for Interfaith Dialogue, Ibrahim Saleh Al-Naimi; Kepala Kantor Wakil Menteri Pembangunan Sosial, Kementerian Pembangunan Sosial, Afrika Selatan, Muhammed Haron; Rektor sekaligus CEO Africa University, Kenya Peter Mageto; dan Guru Besar Pendidikan di Stellenbosch University, Afrika Selatan, Jonathan Jansen.
Dalam pidatonya, Direktur Leimena Institute, Matius Ho, menilai bahwa inisiatif Menteri Mu’ti memiliki relevansi besar dengan kebutuhan pendidikan masa kini.
"Inisiatif Menteri Mu’ti yang mempromosikan pengembangan karakter murid di Indonesia tidak hanya di tingkat kognitif, tetapi juga melalui kegiatan kokurikuler sangat penting karena dapat melatih siswa terlibat dalam komunitas dan membangun tanggung jawab kewargaan. Ini adalah langkah konkret yang patut dibagikan dan diperluas," kata dia.
Selain itu, Direktur Eksekutif Arigatou International Geneva, Kolombia, Maria Lucia Uribe Torres, juga menegaskan pentingnya pendidikan yang holistik.
"Selama ini fokus pendidikan terlalu berat pada aspek kognitif, seperti literasi dan numerasi, sementara aspek sosial, emosional, dan spiritual anak sering terabaikan. Pendidikan juga harus mendukung penghormatan terhadap keberagaman budaya, bahasa, nilai, dan agama," ujar dia.
Mendikdasmen menutup pidatonya dengan ajakan kepada seluruh pihak untuk berkolaborasi menghadapi tantangan global. Dia menegaskan, perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten, didukung oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan media.
"Melalui persatuan lintas budaya dan lintas iman, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam kehidupan sosial. Pendidikan yang inklusif adalah kunci membangun bangsa yang tangguh dan berkarakter," Mendikdasmen menambahkan.
G20 Interfaith Forum (IF20) berlangsung pada 10-14 Agustus di Cape Town, Afrika Selatan dan mengangkat tema `Ubuntu in Action: Focus on Vulnerable Communities`.
Sejak berdiri pada 2014, IF20 menjadi wadah jejaring interfaith yang mempertemukan pemimpin agama, masyarakat, akademisi, dan organisasi. Forum ini bertujuan mempromosikan dialog antar-agama dan kerja sama internasional untuk merumuskan rekomendasi kebijakan di tingkat G20.
KEYWORD :Mendikdasmen Abdul Muti Forum G20 Pendidikan Bermutu untuk Semua