Rabu, 13/08/2025 03:11 WIB

Wujudkan Ketahanan Pangan, Kemdikdasmen Perkuat Literasi

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), mendorong penguatan literasi pangan di tengah upaya pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Kepala Badan Bahasa Kemdikdasmen, Hafidz Muksin (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), mendorong penguatan literasi pangan di tengah upaya pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Dalam kunjungan kerja ke Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Pertanian, Cianjur, Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan pandangan yang menggugah bahwa literasi bukan semata kemampuan membaca dan menulis, melainkan kecakapan hidup yang memungkinkan peserta didik berpikir kritis, bernalar, dan berinovasi.

"Kita tak bisa bicara soal ketahanan pangan tanpa menyentuh aspek literasi. Literasi membuka mata. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari acuh menjadi peduli. Dari pembaca menjadi pelaku," ujar Hafidz dalam dialog bersama para kepala SMK se-Banten dalam rangkaian Pelatihan Pembelajaran Mendalam, Senin (11/8) yang turut didampingi oleh Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah, dan Kepala BBPPMPV, Yusuf.

Hafidz menekankan bahwa penciptaan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045 harus dimulai dari penguatan literasi sejak usia dini. Dia mengatakan saat ini skor literasi Indonesia masih perlu diperkuat lagi.

"Ini adalah alarm. Tanpa literasi, tak ada ruang bagi kreativitas dan daya cipta. Sementara masa depan akan ditentukan oleh mereka yang mampu membaca dunia, menalar perubahan, dan menuliskannya kembali dalam bentuk solusi," kata dia.

Sebagai langkah nyata, Badan Bahasa akan menyusun buku-buku tematik literasi pangan dari PAUD hingga jenjang menengah yang tak hanya informatif, tapi juga membangkitkan imajinasi dan rasa ingin tahu anak-anak terhadap dunia pertanian, perikanan, dan industri pangan.

"Kami ingin anak-anak memandang dunia pangan bukan sebagai beban, tapi sebagai harapan. Buku-buku ini bertujuan membuka wawasan bahwa pertanian itu modern, penting, dan menjanjikan. Inilah kontribusi Badan Bahasa terhadap Asta Cita Presiden, khususnya dalam membangun SDM unggul dan mempercepat hilirisasi industri pangan," Hafidz menambahkan.

Lebih dalam, Hafidz juga menekankan pentingnya UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) sebagai alat ukur kecakapan literasi. Dia mengatakan bahasa adalah alat komunikasi dan penanda kecakapan literasi.

"Ukurlah kemahiran berbahasa Bapak/Ibu dengan alat uji kebahasaan kita yakni UKBI, jadikan itu cermin untuk mengetahui dan melihat kemahiran berbahasa," ujar dia.

Selaras dengan program besar Presiden Prabowo Subianto dalam membangun kedaulatan pangan nasional, dalam kesempatan yang berbeda, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyoroti penguatan literasi untuk ketahanan pangan sangat relevan dengan karakter Indonesia sebagai negara agraris.

Oleh karena itu, Kemdikdasmen terus berkomitmen untuk menciptakan SDM Unggul yang memiliki kompetensi profesional di bidang pertanian, pengolahan hasil pangan, serta berkomitmen untuk memajukan bangsa.

Dalam kesempatan yang sama, Hafidz juga meninjau langsung sarana produksi pangan, pengolahan kopi, hingga budidaya ikan air tawar. Dia menyaksikan langsung peserta didik SMK terlibat aktif dalam proses industri pangan melalui pendekatan pembelajaran berbasis industri.

"Ketika literasi bertemu praktik, maka pembelajaran menjadi nyata. Kurikulum, literasi, dan praktik industri harus saling terkait dari bibit, proses, hingga pemasaran. Semua bisa menjadi narasi pembelajaran yang hidup," ujar dia saat berdialog dengan praktisi industri pangan.

Vivi, siswi magang asal Sumatera Barat, mengaku pengalamannya di laboratorium pengolahan kopi membuka mata akan potensi besar dunia pangan.

"Saya suka bisnis, dari kecil suka bantu orang tua berdagang. Belajar mengolah kopi membuka banyak peluang, bisa buka cafe khusus kopi nantinya. Saya berharap generasi muda tidak memandang pertanian sebelah mata," kata Vivi.

Senada, Rifki siswa lainnya, menyampaikan pesan sederhana namun bermakna. Dia menyebut apabila tidak ada petani, maka masyarakat tidak makan. "Jadi jangan malu. Petani itu penting," ujar dia.

Sementara itu, Sri Sulastri, Kepala SMK Negeri 2 Tangerang, menambahkan bahwa peningkatan literasi telah mengubah cara pandang siswa terhadap jurusan pertanian.

"Dulu dianggap tak menarik. Sekarang anak-anak mulai sadar bahwa pangan itu masa depan. Literasi adalah jembatan yang mengubah cara pandang mereka," kata Sri.

Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi kepala SMK wilayah Banten menjadi salah satu wujud nyata komitmen Kemdikdasmen dalam membangun sinergi antara pendidikan vokasi dan literasi kontekstual.

Fokus pelatihan tidak hanya pada metode pembelajaran, tetapi juga pada penciptaan iklim sekolah yang kolaboratif, reflektif, dan terhubung langsung dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

KEYWORD :

Kemdikdasmen Balai Bahasa Literasi Pangan Hafidz Muksin




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :