Selasa, 12/08/2025 17:19 WIB

Peraih Nobel Kagumi Semangat Sains di Observatorium Bosscha

Peraih Nobel Fisika 2011, Prof. Brian Schmidt, mengagumi semangat sains yang masih terjaga di Indonesia. Hal ini disampaikan saat mengunjungi Observatorium Bosscha di sela-sela KSTI 2025.

Peraih Nobel 2011, Prof. Brian Schmidt (Foto: Ist)

Bandung, Jurnas.com - Peraih Nobel Fisika 2011, Prof. Brian Schmidt, mengagumi semangat sains yang masih terjaga di Indonesia. Hal ini disampaikan saat mengunjungi Observatorium Bosscha, di sela-sela Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, di Bandung, Jawa Barat pekan lalu.

Dalam kunjungan ke Observatorium Bosscha, Prof. Brian bersama Presiden Australian Academy of Science Prof. Chennupati Jagadish, didampingi oleh Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek Ahmad Najib Burhani, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Yudi Darma, dan Dekan FMIPA ITB Aep Patah.

Awalnya, rombongan dua ilmuwan top dunia ini mengunjungi Teleskop Refraktor Ganda Zeiss yang berdiri megah di bawah kubah rancangan arsitek K.C.P. Wolf Schoemacher.

Sejak diresmikan pada 1 Januari 1923 atas prakarsa K. A. R. Bosscha, teleskop seberat 17 ton ini telah menjadi saksi pengembangan ilmu astronomi di Nusantara dan Asia Tenggara.

Hingga kini, teleskop Zeiss tetap menjadi salah satu aset astronomi tertua dan terbesar di Indonesia, menjadi ikon Bandung Utara dan warisan sains nasional.

Pada momen ini, Yudi Darma menegaskan bahwa Observatorium Bosscha adalah salah satu warisan besar dari masa kolonial Belanda yang masih sangat relevan hingga hari ini. Usia seabad bukanlah halangan untuk tetap menjadi pusat pengembangan sains dan pendidikan, asalkan fasilitas ini dirawat dan dioptimalkan bersama.

Tak sekadar melihat sejarah, kunjungan berlanjut ke ruang surya. Di ruang inilah, panel-panel hasil pengamatan gerhana matahari dari masa ke masa seolah mengajak peserta membaca narasi langit Nusantara.

"Saya sungguh terkesan dengan upaya menjaga fasilitas Bosscha tetap hidup, tidak hanya sebagai peninggalan sejarah, tapi juga sebagai ruang edukasi dan penemuan baru," kata Prof. Jagadish.

"Di sinilah generasi penerus saintis dilatih, dan budaya ilmiah terus tumbuh. Kolaborasi internasional menjadi semakin penting, karena ilmu pengetahuan melampaui batas negara," dia menambahkan.

Sorotan kunjungan terjadi saat rombongan diajak menengok proyek ambisius Teleskop Radio VLBI Global Observing System (VGOS), fasilitas radio astronomi termutakhir yang segera rampung pada Oktober 2025.

Prof. Brian tampak antusias berdiskusi dengan tim pengembang VGOS. Dia menuturkan kemajuan sains tak lepas dari keberanian berinvestasi pada alat dan waktu untuk para peneliti.

"Di Bosscha ini saya melihat energi itu hidup. Ketika ilmuwan diberi peluang dan dukungan, biasanya mereka akan menghasilkan terobosan besar, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk ilmu pengetahuan dunia. Saya berharap dapat ikut berkolaborasi dengan fasilitas ini, karena banyak peluang baru bisa dijelajahi," ujar dia.

Di akhir kunjungan, Ahmad Najib Burhani menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem riset berkelas dunia. Penguatan fasilitas seperti Bosscha dan VGOS, menurutnya, adalah bagian dari upaya menempatkan Indonesia sebagai pemain penting di jaringan riset internasional sekaligus sumber inspirasi bagi generasi muda.

KEYWORD :

Prof. Brian Schmidt Peraih Nobel 2011 KSTI 2025 Observatorium Bosscha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :