
Dua ilmuwan top dunia berkunjung ke Yayasan Taruna Bakti (Foto: Ist)
Bandung, Jurnas.com - Dua ilmuwan top dunia, Prof. Brian Schmidt dan Prof. Chennupati Jagadish, membagikan kisah suksesnya di bidang sains dalam kegiatan honorary visit dia kantor Yayasan Taruna Bakti, Bandung, Jawa Barat pada akhir pekan lalu.
Kegiatan ini dihadiri pula oleh Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek Ahmad Najib Burhani, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Yudi Darma, dan perwakilan siswa SMA Taruna Bakti.
Prof. Brian memulai kisahnya dengan pengalaman masa kecil, ketika dirinya tidak pernah menjadi seorang murid terbaik di kelas. Namun, ketekunannya pada astronomi membawanya meraih prestasi dunia, yakni Nobel Fisika pada 2011 silam.
"Saya bukan yang terbaik di sekolah. Tetapi saya terus bertahan dan mendalami satu bidang saya sukai, hingga akhirnya sampai di sini," kata Prof. Brian.
Sementara itu, Prof. Jagadish punya kisah berbeda. Lahir di sebuah desa kecil di India, dia hidup di tengah keterbatasan fasilitas belajar. Bahkan, kerap kali dia harus belajar di bawah lampu minyak. Namun, Prof. Jagadish tetap berjuang menempuh pendidikan.
Demi menyelesaikan jenjang pendidikannya di sekolah menengah, Prof. Jagadish kecil sempat tinggal bersama guru matematikanya. Singkat cerita, dia menjadi salah satu ilmuwan terkemuka di bidang nanoteknologi, optoelektronika, dan fotonika.
"Asal-usul sederhana bukanlah penghalang untuk bermimpi besar. Ketekunan, pendidikan, dan semangat belajar akan membuka jalan," ujar Presiden Australian Academy of Science tersebut.
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif. Empat siswa berkesempatan mengajukan pertanyaan langsung. Salah satunya bertanya tentang potensi pengembangan astronomi di Indonesia dan peluang dirinya bisa menjadi seorang astronom.
Brian menjelaskan bahwa posisi geografis Indonesia di garis khatulistiwa memberi keunggulan unik dalam pengamatan astronomi yang memungkinkan pemantauan langit di kedua belahan bumi.
Dia juga mendorong siswa tersebut untuk mengejar cita-citanya, menekankan bahwa kesempatan menjadi astronom sangat terbuka bagi siapapun.
Pertanyaan lain membahas perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap lapangan kerja. Baik Brian maupun Jagadish sepakat bahwa AI memang mengubah lanskap pekerjaan, menghilangkan sebagian peran tradisional, namun juga membuka peluang bagi jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tak terbayangkan. Kaduanya menekankan pentingnya adaptasi dan pembelajaran keterampilan baru.
Dalam kesempatan ini, Ahmad Najib Burhani menekankan kepada para peserta didik bahwa forum ini merupakan kesempatan langka untuk berdialog langsung dengan dua ilmuwan top dunia.
"Manfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Tidak setiap anak Indonesia seberuntung kalian bisa berdialog dengan ilmuwan dunia," ujar Ahmad Najib.
KEYWORD :Brian Schmidt Chennupati Jagadish Peraih Nobel Kemdiktisaintek