
Ilustrasi sedang tidur siang (Foto: Kampus Production)
Jakarta, Jurnas.com - Tidur siang kerap dianggap solusi cepat untuk mengusir kantuk atau kelelahan di tengah hari. Padahal, di balik jeda singkat ini, tersimpan potensi besar yang bisa berdampak pada kinerja otak dan tubuh.
Tapi, benarkah tidur siang selalu sehat? Bagaimana jika justru berdampak negatif, khususnya pada pola tidur malam? Berikut penjelasan tentang manfaat, risiko, dan cara ideal tidur siang yang dikutip dari berbagai sumber.
Belakangan ini istilah "power nap" begitu populer, karena tidur siang yang tepat dianggap bisa bekerja layaknya tombol reset bagi energi dan fokus. Namun, manfaatnya tak otomatis datang begitu saja—perlu strategi dan waktu yang tepat.
Seiring bertambahnya jam terjaga, tubuh dan otak akan kehilangan ketajaman. Di titik inilah tidur siang berperan membantu memulihkan kewaspadaan dan performa kognitif.
Dalam hitungan menit, tidur siang bisa memperbaiki suasana hati, memperkuat daya ingat, hingga mendukung proses belajar. Bahkan pada anak-anak dan remaja, tidur siang membantu regulasi emosi dan tumbuh kembang otak.
Bagi orang dewasa, tidur siang juga bisa membantu mencegah kelelahan yang berlebihan tanpa harus mengandalkan kafein. Beberapa studi juga menunjukkan efeknya dalam menjaga kesehatan jantung dan tekanan darah, meski temuan ini masih terus diteliti.
Namun di sisi lain, tidur siang bukan tanpa risiko. Jika dilakukan terlalu lama atau terlalu sore, tidur siang justru bisa mengganggu kualitas tidur malam.
Kondisi ini bisa menurunkan sleep drive atau dorongan alami tubuh untuk tidur, terutama pada mereka yang sudah memiliki masalah tidur seperti insomnia. Bila dibiarkan, pola ini dapat berujung pada gangguan tidur kronis.
Tak hanya itu, rasa kantuk yang berlebihan di siang hari bisa menjadi sinyal gangguan kesehatan yang lebih serius. Sleep apnea, diabetes, hingga disfungsi tiroid bisa memicu rasa lelah berkepanjangan, bahkan setelah tidur cukup di malam hari.
Sebuah studi juga mencatat adanya peningkatan risiko diabetes, hipertensi dan stroke pada orang yang rutin tidur siang, terutama jika durasinya dilakukan terlalu lama. Meski belum bisa disimpulkan sebagai penyebab langsung, hasil ini tetap menjadi pengingat penting untuk tidak mengabaikan frekuensi dan durasi tidur siang.
Pakar menyarankan tidur siang dilakukan sebelum pukul tiga sore untuk mencegah efek negatif pada tidur malam. Sementara durasi terbaik berada di kisaran 15 hingga 30 menit agar manfaat bisa dirasakan tanpa menimbulkan rasa pening saat bangun.
Dalam praktiknya, tidur siang tak selalu berkaitan dengan kebutuhan fisik. Beberapa orang melakukannya untuk sekadar relaksasi, pemulihan dari sakit, atau persiapan sebelum aktivitas berat.
Napping juga umum dijumpai dalam praktik budaya tertentu seperti siesta di Spanyol atau riposo di Italia. Di tempat-tempat ini, tidur siang diposisikan sebagai bagian dari ritme hidup sehat, bukan tanda kelemahan atau kemalasan.
Meski begitu, kebiasaan tidur siang yang terlalu sering tetap patut dicermati. Bila kamu merasa perlu tidur siang setiap hari untuk bisa berfungsi, bisa jadi tubuh sedang memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Dengan pola dan durasi yang sesuai, tidur siang bisa menjadi alat bantu pemulihan yang efisien. Namun, ia tetap tak bisa menggantikan kualitas tidur malam yang stabil dan konsisten.
Pada akhirnya, tidur siang adalah alat bantu, bukan solusi utama. Keseimbangan antara istirahat siang dan malam tetap menjadi kunci untuk menjaga tubuh dan pikiran tetap bugar sepanjang hari. (*)
Sumber: Sleepdoctor, Sleep Foundation, Health
KEYWORD :Manfaat tidur siang Risiko tidur siang Power nap Durasi tidur siang