
Ilustrasi sedang mood dan berenergi (Foto: Pexels/Julia Avamotive)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap hari, hormon stres seperti kortisol tidak mengalir dalam satu gelombang besar, melainkan muncul dalam denyut ritmis setiap jam yang mencerminkan irama ultradian tubuh. Studi terbaru pada tikus dan tikus memperlihatkan bahwa neuron corticotropin-releasing hormone (CRH) berdenyut dalam pola yang nyaris seperti jam, tanpa dipicu oleh stres apapun.
Para peneliti dari University of Otago memantau neuron stres secara real-time pada hewan yang bebas bergerak menggunakan teknologi fiber photometry, dan mengamati kilatan aktivitas sekitar setiap 60 menit—seiring dengan lonjakan hormon stres dan aktivitas sadar hewan tersebut.
Dikutip dari laman Earth, temuan ini membuka anggapan bahwa tubuh memiliki jam internal pendek yang bertugas mengatur ritme stres, terlepas dari jam sirkadian utama di otak. Model komputer menyarankan bahwa interaksi antara neuron CRH dan sinyal adrenal mungkin saja membentuk osilator yang berdetak secara mandiri.
Selain itu, bukti awal menunjukkan bahwa ritme hormon mirip ini juga muncul di area lain seperti hippocampus tikus—meski respons otak bisa tertunda sekitar 20 menit dibanding plasma darah.
Tujuan dari ritme stres ini tampaknya termasuk menjaga tubuh tetap waspada secara spontan, bahkan saat tidak ada tekanan eksternal. Ketika neuron CRH diaktifkan secara kimia, hewan yang sebelumnya tenang langsung menjadi waspada dalam hitungan detik.
Ritme harian seperti ini sangat penting bagi kesehatan mental, sebab gangguan ritme dapat memicu masalah suasana hati, kelelahan kronis, dan gangguan tidur. Studi klinis menunjukkan bahwa meniru ritme alami dengan suntikan mikro-dosis hormon seperti hidrokortison dalam pola ultradian bisa membantu memulihkan fungsi normal pada pasien dengan insufisiensi adrenal.
Ke depan, para ilmuwan merencanakan studi pada manusia dengan teknik neuroimaging dan pengambilan air liur cepat, untuk melihat apakah ritme stres alami juga terlihat pada manusia. Jika terbukti, temuan ini bisa membuka jalan bagi detektor ritme stres berbasis wearable dan terapi dini untuk menjaga kesehatan mental dan tidur.
Penelitian ini, yang dimuat di Proceedings of the National Academy of Sciences, mengingatkan bahwa menjaga kesehatan bukan hanya soal kadar hormon, tetapi juga soal irama hormon yang tepat waktu. (*)
KEYWORD :Jam biologis stres neuron CRH fiber photometry stres kesehatan mental