Sabtu, 09/08/2025 23:28 WIB

10 Kata-Kata Bijak Al-Farabi, Inspirasi Menjadi Pemimpin Hebat

Dikenal sebagai “Guru Kedua” setelah Aristoteles, Al-Farabi tak hanya berkutat pada filsafat dan musik, tetapi juga pada seni memimpin — seni yang ia pandang sebagai kunci terwujudnya masyarakat yang adil dan harmonis.

Ilustrasi - 10 Kata-Kata Bijak Al-Farabi, Inspirasi Menjadi Pemimpin Hebat (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Lebih dari seribu tahun lalu, di pusat peradaban Islam, seorang filsuf besar bernama Abu Nasr Muhammad al-Fārābī menulis gagasan yang kelak abadi melampaui zamannya. Dikenal sebagai “Guru Kedua” setelah Aristoteles, Al-Farabi tak hanya berkutat pada filsafat dan musik, tetapi juga pada seni memimpin — seni yang ia pandang sebagai kunci terwujudnya masyarakat yang adil dan harmonis.

Bagi Al-Farabi, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tetapi amanah yang membutuhkan kebijaksanaan, keberanian, dan integritas. Dalam salah satu karyanya, ia menulis, “Sebuah kota yang adil harus mendukung keadilan dan orang-orang adil, membenci tirani dan ketidakadilan, dan memberi keduanya balasan yang layak.” Kalimat ini menjadi pengingat bahwa seorang pemimpin harus tegas menegakkan keadilan tanpa pandang bulu.

Ia juga menekankan pentingnya kasih sayang dan persatuan dalam membangun masyarakat. “Masyarakat bersatu karena kasih, hidup dengan keadilan, dan bertahan melalui kerja jujur,” tulisnya. Menurut Al-Farabi, pemimpin yang hebat adalah mereka yang mampu memelihara rasa cinta di antara rakyatnya, mengatur dengan keadilan, dan memberi teladan lewat kerja keras.

Kecerdasan pun menjadi fondasi penting dalam pandangan sang filsuf. “Seseorang menjadi manusia karena kecerdasan,” ujarnya, menegaskan bahwa pemimpin ideal harus berwawasan luas, berpikir rasional, dan mampu mengambil keputusan yang bijak demi kemaslahatan bersama.

Untuk lebih rincinya, berikut adalah beberapa kutipan kata-kata bijak Al-Farabi tentang pemimpin ideal, yang dihimpun dari berbagai sumber.

“Sebuah kota yang adil harus mendukung keadilan dan orang-orang adil, membenci tirani dan ketidakadilan, dan memberi balasan yang sepantasnya kepada keduanya.” Kutipan ini menegaskan bahwa pemimpin sejati menegakkan keadilan, menolak tirani, dan bertindak adil terhadap semua pihak.

“Seorang manusia menjadi manusia berkat kecerdasan.” Pernyataan ini menekankan bahwa kecerdasan—bukan kekuasaan atau status—merupakan fondasi utama kualitas seorang pemimpin.

“Sebuah seni yang bertujuan mencapai keindahan disebut filsafat, atau secara mutlak disebut kebijaksanaan.” Al-Farabi memandang bahwa pemimpin ideal adalah mereka yang memimpin dengan wawasan, kebijaksanaan, dan keindahan moral.

“Sebuah kota hanya menjadi mulia ketika pemimpinnya adalah seorang filsuf.” Pandangan ini menggambarkan bahwa pemimpin hebat harus berpikir filosofis, memahami hakikat kebaikan dan kebenaran.

“Pemimpin terbaik adalah yang menyatukan kebijaksanaan dengan keadilan.” Harmoni antara pemahaman mendalam dan tindakan yang adil menjadi inti dari kepemimpinan menurut Al-Farabi.

“Sebuah masyarakat tanpa pengetahuan seperti tubuh tanpa jiwa.” Ungkapan ini mengingatkan bahwa ilmu dan intelek adalah bahan dasar kehidupan dan kepemimpinan yang bermartabat.

“Hukum harus diarahkan untuk kebahagiaan semua, bukan kekuasaan segelintir orang.” Bagi Al-Farabi, tujuan utama pemerintahan adalah kesejahteraan kolektif, bukan dominasi atau kepentingan sempit.

“Filsafat dan agama adalah dua jalan menuju kebenaran yang sama.” Pemimpin bijak, menurutnya, tidak mengabaikan nilai spiritual maupun akal rasional.

“Kesehatan kota ibarat keseimbangan tubuh; penyakitnya adalah ketidakseimbangan moral warganya.” Pemimpin diibaratkan seperti dokter yang menyembuhkan moral masyarakat agar negara tetap sehat.

“Masyarakat bersatu karena kasih, hidup dengan keadilan, dan bertahan melalui kerja jujur.” Inilah tiga pilar utama kepemimpinan yang sukses: cinta, keadilan, dan kejujuran.

Itulah beberapa kata-kata bijak Al-Farabi tentang kepemimpinan. Warisan kata-kata bijak Al-Farabi ini tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga di era modern yang kerap dilanda krisis kepemimpinan. Pesan moralnya jelas: kekuasaan tanpa kebijaksanaan hanya akan membawa kehancuran, sementara kepemimpinan yang berpijak pada kasih, keadilan, dan ilmu pengetahuan akan melahirkan peradaban yang luhur. (*)

KEYWORD :

Kata-kata bijak Al-Farabi Guru Kedua Filsuf Islam Pemimpin Hebat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :