Jum'at, 08/08/2025 15:46 WIB

Ketika Dendam Roy Keane Mengubah Masa Depan Erling Haaland

Kisah Erling Haaland yang gagal membela timnas Inggris karena dendam kepada Roy Keane

Penyerang Manchester City, Erling Haaland (Foto: Sports Mole)

Jakarta, Jurnas.com - Erling Haaland, sang mesin gol yang kini memecahkan rekor demi rekor bersama Manchester City, dikenal luas sebagai salah satu penyerang paling mematikan di dunia.

Namun, di balik ketenarannya saat ini, tersimpan kisah masa lalu yang jarang diketahui publik, yang mengaitkan namanya dengan Inggris dan membawa pengaruh besar dalam arah hidupnya, semua berawal dari satu tekel brutal di masa lalu.

Haaland lahir di Leeds, Inggris, saat sang ayah, Alfi Haaland, masih bermain untuk Leeds United. Dengan status kelahiran tersebut, Haaland sejatinya memiliki peluang untuk membela Timnas Inggris dan menjadi ikon bagi Three Lions. Namun takdir berbicara lain.

Sebagai remaja, Haaland menghabiskan masa tumbuh kembangnya di Bryne, Norwegia, dan sejak usia 15 tahun, ia sudah tampil bersama tim senior.

Bakat luar biasa dan insting mencetak golnya terus berkembang pesat, menjadikannya momok bagi para bek lawan. Kini, sebagai bintang Premier League, namanya hampir selalu menghiasi tajuk utama setiap pekan.

Akan tetapi, perjalanan ini tidak lepas dari peristiwa pahit yang menimpa sang ayah. Pada tahun 1997, Alfi Haaland terlibat insiden kontroversial dalam laga antara Leeds United dan Manchester United, saat ia berbenturan dengan gelandang keras Roy Keane.

Dalam insiden tersebut, Keane mengalami cedera ligamen (ACL) serius. Saat Keane tergeletak kesakitan, Alfi menghampiri dan menuduhnya berpura-pura cedera. Kata-kata tersebut, yang dianggap menyakitkan, membekas dalam ingatan Keane.

Empat tahun berselang, dendam Keane menemukan jalannya. Dalam laga antara Manchester City dan Manchester United tahun 2001, Roy Keane melayangkan tekel brutal yang langsung menjatuhkan Alfi Haaland. Stadion terdiam, Keane diusir keluar lapangan, dan Alfi tidak pernah kembali bermain dengan kondisi yang sama. Ia akhirnya pensiun karena cedera lutut yang tak kunjung pulih.

Dalam autobiografinya yang dilansir dari berbagai sumber, Keane bahkan menulis, "Saya menunggu begitu lama untuk momen itu", menunjukkan bahwa tekel tersebut memang disengaja sebagai bentuk balas dendam.

Insiden itulah yang mengubah arah kehidupan keluarga Haaland. Alfi memutuskan untuk kembali ke Norwegia, meninggalkan Inggris dan karier sepak bolanya.

Keputusan itu pula yang membawa Erling Haaland muda tumbuh besar di tanah kelahiran orang tuanya, dan pada akhirnya memilih untuk membela tim nasional Norwegia.

Andai insiden tersebut tak pernah terjadi, bukan tak mungkin Haaland akan tumbuh besar di Inggris dan menjadi bagian dari sejarah timnas mereka. Namun kenyataan berkata lain. Sebuah tekel dalam sepak bola ternyata tidak hanya mengakhiri satu karier, tetapi juga mengubah takdir generasi berikutnya.

Kini, Haaland berdiri sebagai salah satu bintang terbesar dunia, namun jejak masa lalunya tak akan pernah terpisah dari cerita tragis yang menimpa sang ayah.

Sebuah pengingat bahwa di balik sorotan gemerlap lapangan hijau, sepak bola juga menyimpan luka dan keputusan besar yang membentuk masa depan.

KEYWORD :

Sepakbola Dunia Erling Haaland Roy Keane Alfi Haaland




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :