
Ilustrasi pengobatan kanker (Foto: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Jakarta, Jurnas.com - Penelitian terbaru mengungkap bahwa salah satu virus kulit yang selama ini dianggap jinak, ternyata bisa menjadi pemicu langsung kanker kulit agresif. Virus tersebut adalah beta-human papillomavirus (beta-HPV), tipe HPV yang umum ditemukan di kulit manusia.
Selama ini, beta-HPV diyakini hanya memperburuk kerusakan akibat sinar UV pada kulit dalam kasus yang sangat jarang. Namun, studi ini menunjukkan bahwa virus tersebut dapat menyusup ke dalam DNA manusia dan membantu pertumbuhan kanker secara aktif.
Dilansir dari laman Science Alert, temuan ini muncul dari kasus seorang perempuan berusia 34 tahun yang mengalami kanker kulit jenis cutaneous squamous cell carcinoma (cSCC) di bagian dahi. Meski sudah menjalani serangkaian pengobatan seperti imunoterapi dan operasi, tumornya terus kambuh.
Karena kondisinya tidak membaik, tim peneliti melakukan analisis genetik mendalam terhadap jaringan tumornya. Hasilnya mengejutkan: beta-HPV ditemukan telah menyatu dengan DNA sel kanker dan memproduksi protein yang memperkuat sel kanker tersebut.
Ini adalah pertama kalinya beta-HPV terbukti mampu menyatu dengan materi genetik manusia dan secara langsung memicu pertumbuhan kanker. Sebelumnya, peran virus ini dalam kanker hanya dianggap tidak langsung dan sangat terbatas.
Kasus ini menjadi penting karena memperlihatkan bagaimana sistem imun yang lemah bisa membuka jalan bagi virus yang umumnya tidak berbahaya menjadi ancaman serius. Dalam hal ini, pasien memiliki kelainan imun turunan yang membuat sel T-nya tidak mampu melawan infeksi HPV.
Menariknya, meskipun tubuhnya masih bisa memperbaiki kerusakan akibat sinar UV—penyebab utama cSCC—sistem imun yang gagal menangkal virus justru menjadi pintu masuk munculnya kanker. Kondisi ini memperkuat pemahaman bahwa kanker tidak hanya dipicu oleh faktor eksternal, tapi juga oleh ketidakmampuan tubuh mengendalikannya.
Pasien juga mengalami gejala lain akibat HPV, termasuk kutil di kulit dan rongga mulut. Setelah penyebabnya diidentifikasi, ia menjalani transplantasi sel punca sumsum tulang untuk menggantikan sistem imun yang rusak.
Transplantasi itu sukses memulihkan fungsi sel T-nya dan menghilangkan seluruh gejala termasuk kanker kulit yang semula tidak bisa dikendalikan. Selama tiga tahun masa pemantauan, kanker maupun gejala infeksi HPV tidak pernah muncul kembali.
Menurut Andrea Lisco, imunolog dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, kasus ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan lebih banyak pasien dengan kondisi serupa di luar sana. Mereka mungkin memiliki bentuk cSCC yang agresif akibat gangguan imun yang belum terdiagnosis.
Oleh karena itu, pendekatan pengobatan kanker yang lebih personal dan berbasis imunologi menjadi semakin penting. Ini sekaligus menjadi pengingat bahwa terapi umum tidak selalu efektif bagi semua pasien, terutama yang memiliki kondisi imun tertentu.
Penelitian ini juga tidak mengesampingkan peran sinar UV dalam kanker kulit, tetapi justru melengkapi pemahaman kita tentang penyebab lain yang selama ini terabaikan. Dalam kasus langka seperti ini, infeksi virus bisa memainkan peran utama.
Keberhasilan vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks dan tenggorokan memberi harapan bahwa pendekatan serupa bisa dikembangkan untuk jenis HPV lainnya. Termasuk beta-HPV, yang kini terbukti dapat memicu kanker kulit pada kondisi tertentu.
Dengan kolaborasi lintas bidang dari virologi, imunologi, onkologi, hingga spesialis transplantasi, penanganan kasus ini menjadi bukti bahwa kerja tim ilmiah dapat menghasilkan solusi menyeluruh. Dan temuan ini bisa membuka jalan baru dalam strategi pengobatan kanker berbasis profil imun pasien.
Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal medis ternama The New England Journal of Medicine dan menjadi tonggak penting dalam memahami hubungan antara virus, sistem imun, dan kanker. Dunia medis kini punya alasan baru untuk lebih cermat dalam menganalisis faktor pemicu kanker kulit yang selama ini tersembunyi. (*)
KEYWORD :Virus Kulit kanker kulit Beta-HPV Pengobatan kanker