Rabu, 06/08/2025 15:27 WIB

Mengapa Suara Burung Bisa Menyehatkan Mental? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kicauan burung bukan hanya penanda datangnya musim yang cerah, tetapi juga menjadi terapi alami bagi kesehatan jiwa manusia

Ilustrasi burung sedang berkicau atau bersuara (Foto: Pixabay)

Jakarta, Jurnas.com -  Kicauan burung bukan hanya penanda datangnya musim yang cerah, tetapi juga menjadi terapi alami bagi kesehatan jiwa manusia. Di tengah meningkatnya tekanan hidup dan beban pikiran yang tak kunjung reda, suara burung hadir sebagai terapi alami yang murah dan mudah diakses. Fenomena ini kini tak hanya didasarkan pada perasaan, tetapi juga didukung bukti ilmiah.

Bagi para ilmuwan, alam telah lama diketahui punya efek menyembuhkan. Namun suara burung memiliki tempat khusus karena dampaknya yang konsisten terhadap suasana hati dan kesehatan mental.

Dikutip dari National Geographic, penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan suara burung selama beberapa menit saja dapat menurunkan stres, kecemasan, dan bahkan perasaan paranoid. Efek ini tetap terasa meskipun peserta penelitian hanya mendengarnya lewat headphone.

Kicauan burung, dengan variasi nada dan ritmenya yang alami, menciptakan bentuk perhatian ringan yang disebut “soft fascination.” Ini membuat otak kita aktif tanpa kewalahan, berbeda dengan kebisingan kota yang justru memicu stres.

Studi yang dipublikasikan di Scientific Reports pada 2022 melibatkan lebih dari 1.300 orang yang mencatat lingkungan sekitar dan kondisi emosinya tiga kali sehari. Mereka yang melihat atau mendengar burung melaporkan peningkatan kesejahteraan mental yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.

Yang menarik, efek positif ini tetap terasa meskipun peneliti telah menghilangkan faktor lain seperti keberadaan pepohonan atau suara air. Ini menunjukkan bahwa kicauan burung itu sendiri punya kekuatan terapeutik tersendiri.

Bahkan, semakin beragam jenis burung yang terdengar, semakin besar pula dampaknya terhadap perasaan bahagia dan berkurangnya gejala depresi. Sebaliknya, peserta yang mendengar suara lalu lintas justru menunjukkan penurunan suasana hati.

Eksperimen lain dilakukan di Colorado, di mana para peneliti menyembunyikan pengeras suara di jalur pendakian dan memutar rekaman kicauan burung dari berbagai spesies. Hasilnya, pendaki yang melewati area itu merasa pikirannya lebih jernih dibandingkan yang tidak.

Meskipun data yang digunakan bersifat subjektif, hasilnya tetap konsisten dengan studi-studi sebelumnya. Para peneliti menyimpulkan bahwa paparan terhadap suara burung memicu perasaan pulih secara kognitif, seperti efek penyegaran mental.

Secara evolusioner, manusia memang cenderung merasa aman saat mendengar suara burung. Sebab di alam liar, heningnya suara burung bisa menjadi pertanda bahaya, seperti kehadiran predator.

Dengan kata lain, kicauan burung secara naluriah memberi sinyal bahwa dunia sedang baik-baik saja. Inilah alasan mengapa mendengar suara burung bisa membuat kita merasa tenang secara mendalam.

Di sisi lain, mendengarkan kicauan burung juga merupakan bentuk mindfulness alami. Ia membantu kita hadir di saat ini tanpa tekanan, memberikan ruang untuk bernapas secara emosional.

Kehadiran burung dan suaranya pun membuat kita merasa lebih terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Ini menjadi pengingat lembut bahwa hidup tidak harus secepat dan sekeras dunia digital.

Untuk merasakan manfaat ini, Anda tidak harus tinggal di hutan atau taman nasional. Cukup membuka jendela, berjalan di taman kota, atau memasang bird feeder di pekarangan rumah sudah bisa jadi langkah awal.

Beberapa aplikasi seperti Merlin Bird ID juga bisa membantu mengenali suara burung di sekitar Anda. Semakin kita tahu apa yang kita dengar, semakin kuat pula koneksi emosional yang bisa kita bangun.

Jadi, lain kali ketika Anda mendengar burung bersiul dari pepohonan, cobalah berhenti sejenak. Karena mungkin, itu bukan hanya suara alam—tapi juga lagu penyembuh yang dikirimkan langsung untuk Anda. (*)

KEYWORD :

Suara Burung Kesehatan Mental Terapi Alam Mindfulness




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :