Sabtu, 02/08/2025 22:49 WIB

Ilmuwan Kembangkan Kalkulator "Usia Jantung" untuk Ungkap Risiko Penyakit Kardiovaskular

Ilmuwan dari Northwestern University mengembangkan alat baru yang mampu menunjukkan seberapa tua usia jantung seseorang dibandingkan usia biologisnya. Tujuannya? Membuat risiko penyakit jantung terasa lebih nyata dan personal.

Ilustrasi penyakit jantung (Foto: Pexels: Freestocks)

Jakarta, Jurnas.com - Ilmuwan dari Northwestern University mengembangkan alat baru yang mampu menunjukkan seberapa tua usia jantung seseorang dibandingkan usia biologisnya. Tujuannya? Membuat risiko penyakit jantung terasa lebih nyata dan personal.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di JAMA Cardiology, tim yang dipimpin oleh Dr. Sadiya Khan memperkenalkan kalkulator daring yang menghitung “usia jantung” berdasarkan data kesehatan standar seperti tekanan darah, kolesterol, status merokok, dan diabetes.

Alat ini menggunakan rumus baru dari American Heart Association, yang dikenal sebagai PREVENT equations—rumus yang juga dikembangkan oleh Dr. Khan.

“Kami ingin alat ini membantu dokter dan pasien mendiskusikan risiko jantung secara lebih jelas, agar terapi pencegahan seperti obat kolesterol atau pengontrol tekanan darah bisa dimulai lebih tepat waktu,” kata Khan.

Ketika Jantung Lebih Tua dari Usia Kita

Dalam pengujian awal, tim menganalisis data dari lebih dari 14.000 orang dewasa AS berusia 30 hingga 79 tahun yang belum pernah didiagnosis penyakit jantung. Hasilnya mencengangkan: sebagian besar dari mereka memiliki jantung yang lebih tua dari usia biologis mereka.

Rata-rata pria memiliki usia jantung 56,7 tahun, padahal usia sebenarnya hanya 49,7 tahun—selisih hampir tujuh tahun. Wanita menunjukkan selisih yang lebih kecil, tetapi tetap signifikan: usia jantung 55,4 tahun dibanding usia biologis 51,3 tahun.

Ketimpangan Sosial Ikut Menambah “Usia” Jantung

Peneliti juga menemukan bahwa kesenjangan usia jantung sangat dipengaruhi oleh faktor sosial seperti tingkat pendidikan, pendapatan, serta ras dan etnis.

Pria dengan pendidikan maksimal SMA menunjukkan perbedaan usia jantung lebih dari 10 tahun dibanding usia sebenarnya. Pria kulit hitam memiliki jantung yang rata-rata 8,5 tahun lebih tua dari usia mereka, diikuti oleh pria Hispanik (7,9 tahun), Asia (6,7 tahun), dan kulit putih (6,4 tahun).

Wanita juga mengalami pola serupa, meski dengan selisih yang lebih kecil. Wanita kulit hitam memiliki jantung yang 6,2 tahun lebih tua dari usia mereka, sementara wanita Asia mencatat selisih terendah, hanya 2,8 tahun.

Menurut para peneliti, data ini mencerminkan dampak dari stres kronis, keterbatasan akses layanan kesehatan, hingga kurangnya makanan bergizi di komunitas tertentu.

Risiko yang Lebih Mudah Dipahami dan Dirasakan

Dr. Khan berharap pendekatan ini bisa mengubah cara orang melihat risiko penyakit jantung. Ketimbang menyampaikan risiko dalam bentuk angka persentase, mengungkap bahwa “jantung Anda 10 tahun lebih tua” bisa memberikan efek psikologis yang lebih kuat.

“Banyak orang yang seharusnya mendapatkan terapi pencegahan seperti statin atau obat tekanan darah, justru tidak menggunakannya. Kami harap kalkulator ini bisa membantu membuka percakapan dan memulai langkah pencegahan lebih awal,” jelasnya.

Mudah Diakses, Tapi Bukan Pengganti Dokter

Kalkulator ini tersedia gratis secara online. Cukup dengan lima input—usia, jenis kelamin, kolesterol total, HDL, tekanan darah sistolik, serta status merokok atau diabetes—pengguna bisa langsung melihat usia jantung mereka.

Namun, Khan menekankan bahwa hasil dari alat ini sebaiknya tidak dijadikan dasar untuk mengubah pengobatan tanpa konsultasi dokter. Kalkulator ini berbasis data populasi besar, sehingga tidak mempertimbangkan faktor risiko individual seperti riwayat keluarga atau penyakit kronis tertentu.

Mengubah Strategi Kesehatan Publik

Menariknya, peneliti menemukan bahwa orang usia 30-40 tahun sering kali memiliki usia jantung yang lebih tua lebih dari 10 tahun, meski belum memenuhi kriteria pengobatan dalam panduan klinis saat ini.

Khan berharap usia jantung bisa menjadi indikator tambahan yang membantu mengenali risiko tersembunyi di kelompok usia muda—yang sering merasa “terlalu sehat” untuk khawatir.

Di masa depan, kalkulator ini juga bisa dimanfaatkan oleh lembaga kesehatan masyarakat dan komunitas untuk menyusun program pencegahan: dari penyuluhan, klinik keliling, hingga peningkatan akses makanan sehat.

“Dengan menyederhanakan risiko menjadi angka yang mudah dipahami, kami ingin menutup kesenjangan dalam pencegahan dan benar-benar mengurangi angka serangan jantung dan stroke di masa depan,” tutup Khan.

Studi lengkap tersedia di jurnal JAMA Cardiology. (*)

Sumber: Earth

KEYWORD :

Ilmuwan Kalkulator Usia jantung Risiko Penyakit Kardiovaskular




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :