
Ilustrasi pengobatan kanker (Foto: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Jakarta, Jurnas.com - Selama puluhan tahun, dunia medis berfokus pada cara menghancurkan sel kanker. Namun pendekatan baru dari para peneliti di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) justru mengajukan pertanyaan sebaliknya: bisakah kita mengembalikan sel kanker menjadi normal kembali?
Langkah ini dinilai penting karena pengobatan konvensional seperti kemoterapi dan radiasi sering menyebabkan kerusakan samping serius—dari kelelahan ekstrem hingga sistem imun yang melemah. Pendekatan baru ini membuka peluang terapi yang lebih lembut dan personal.
Menangkap Momen Kritis Sebelum Kanker Terjadi
Sebelum sel normal berubah menjadi kanker, terjadi akumulasi perubahan genetik dan epigenetik hingga mencapai titik kritis—momen cepat dan sulit ditangkap saat transisi menuju keganasan dimulai.
Tim KAIST yang dipimpin Prof. Kwang-Hyun Cho berhasil mengembangkan metode bernama REVERT (REVERse Transition) untuk menangkap momen krusial ini. Dengan memetakan aktivitas gen tiap sel dan menyederhanakannya lewat logika Boolean (hidup/mati), mereka mampu memprediksi skor keganasan dan mengidentifikasi kombinasi gen yang bisa membalikkan proses tersebut.
Uji Pertama: Kanker Kolorektal
Pada data nyata dari pasien kanker kolorektal, REVERT menemukan bahwa menonaktifkan gen MYC saja tidak cukup. Namun ketika gen kedua, YY1, juga dimatikan, sistem kembali stabil. MYC dan YY1 bekerja sebagai “saklar dua arah” yang bisa menentukan apakah sel akan tetap jinak atau berubah menjadi kanker.
“Kami menemukan saklar molekuler yang mampu membalikkan nasib sel kanker ke keadaan normal dengan menangkap momen transisi sebelum sel berubah secara permanen,” jelas Prof. Cho.
Diuji pada Organoid Usus Pasien
Untuk menguji hasil simulasi tersebut di dunia nyata, tim berkolaborasi dengan Seoul National University menggunakan organoid—miniatur organ dari jaringan usus pasien.
Ketika gen target lain, USP7, ditekan, struktur jaringan menjadi rapi kembali. Sel yang sebelumnya tumbuh tak terkendali mulai membentuk pola normal dan menghormati batas antar sel—indikasi bahwa reprogramming berhasil.
Lebih dari Sekadar Kanker Usus
Meski diuji pada kanker kolorektal, prinsip REVERT dapat diterapkan ke berbagai jenis kanker lain seperti paru dan payudara, yang juga mengalami fase transisi identitas. Fokus pada tahap awal ini memungkinkan intervensi lebih dini dibandingkan pengobatan konvensional yang menargetkan stadium akhir.
Seiring perkembangan teknologi seperti single-cell transcriptomics dan CRISPR, pendekatan ini berpotensi digunakan untuk menyusun terapi yang dipersonalisasi, menghindari efek samping dari pengobatan menyeluruh.
Aplikasi Luas: Dari Kanker hingga Pengobatan Regeneratif
Tak hanya untuk kanker, peta “attractor” REVERT juga bisa digunakan dalam teknik rekayasa jaringan dan terapi regeneratif. Dengan memahami bagaimana sel berpindah antar kondisi, ilmuwan bisa menghindari kegagalan saat memprogram sel punca menjadi jaringan tubuh seperti jantung, pankreas, atau neuron.
Langkah Awal dari Perubahan Besar
Meski masih berada pada tahap laboratorium dan membutuhkan uji klinis lebih lanjut, pendekatan ini menawarkan paradigma baru: bukan lagi menghancurkan sel kanker, tapi mengajak mereka kembali ke jalur yang benar.
Studi lengkap ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Advanced Science. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Kanker sel kanker jadi normal Revert kanker pengobatan kanker teknologi Kaist kanker