
Ilustrasi bulan Safar (Foto: Kabiantour)
Jakarta, Jurnas.com - Bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriah dan Jawa, kerap dianggap biasa saja, bahkan sebagian masih meyakininya sebagai bulan penuh sial. Padahal, dalam Islam, bulan ini adalah momen strategis untuk memperbanyak amal dengan ganjaran pahala yang luar biasa besar.
Melalui berbagai riwayat sahih, para ulama menegaskan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan akan mendapat balasan minimal sepuluh kali lipat. Ini ditegaskan oleh Imam an-Nawawi yang mengutip firman Allah dalam Surah Al-An’am ayat 160:
"Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).”
Oleh karena itu, sekecil apapun perbuatan baik seperti tersenyum, membantu orang lain, atau membaca Al-Qur`an, tetap bernilai besar di sisi Allah. Kebaikan yang dilakukan di bulan Safar tetap berada dalam cakupan janji ini.
Lebih dari itu, dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, terdapat amalan yang pahalanya mencapai hingga 700 kali lipat, tergantung dari niat, manfaat, dan keikhlasan dalam melakukannya. Salah satunya adalah infak atau donasi untuk perjuangan di jalan Allah.
Nabi Muhammad saw bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Majah dan Al-Mundziri, “Siapa saja yang mengirim donasi infak untuk perjuangan jihad fi sabilillah sementara ia sendiri hanya diam di rumah, maka baginya setiap donasi satu dirham mendapatkan pahala 700 dirham.”
Penjelasan ini sejalan dengan hadits lain riwayat Imam Muslim yang menyebutkan bahwa pahala amal manusia dapat dilipatgandakan antara sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Hal ini dijelaskan pula oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari bahwa tingginya pahala tergantung dari tingkat kekhusyukan dan dampaknya bagi orang lain.
Mengapa Bulan Kedua Hijriah Disebut Bulan Safar?
Namun ada pula jenis amal yang ganjarannya melampaui angka 700, bahkan bisa tak terhingga jumlahnya. Salah satunya adalah dzikir yang dibaca saat seseorang masuk ke pasar atau tempat ramai seperti mall pada masa kini.
Nabi Muhammad saw menyampaikan dalam hadits riwayat al-Hakim bahwa, “Siapa saja yang masuk ke pasar lalu membaca: Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiit, wa huwa hayyun laa yamuut, biyadihil khair, wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir, maka Allah akan mencatat baginya sejuta kebaikan, menghapus sejuta keburukan, dan mengangkatnya sejuta derajat.”
Membaca dzikir ini di tempat umum menjadi bentuk amal tersembunyi yang besar pahalanya karena dilakukan di tengah hiruk-pikuk duniawi. Ini menunjukkan bahwa kesungguhan dalam mengingat Allah tak dibatasi oleh tempat, melainkan oleh ketulusan hati.
Dari berbagai penjelasan ini, jelas bahwa bulan Safar bukan bulan yang dihindari, melainkan waktu yang layak dimanfaatkan untuk memperbanyak amal. Dengan mengisi hari-harinya lewat infak, dzikir, ibadah sunah, atau membantu sesama, peluang meraih pahala besar terbuka lebar.
Maka, daripada menyandarkan nasib pada mitos-mitos lama, lebih baik menghidupkan bulan Safar dengan kesadaran spiritual yang kuat. Karena siapa yang menanam kebaikan dengan ikhlas, akan menuai ganjaran yang tak terhingga dari Tuhan semesta alam. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Bulan Safar Amalan Safar Info Keislaman