Rabu, 30/07/2025 04:35 WIB

Hari Harimau Sedunia 29 Juli, Seruan Global Selamatkan Raja Rimba

Setiap tanggal 29 Juli, dunia memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day. Peringatan ini menjadi pengingat mendesak akan kondisi kritis populasi harimau liar yang semakin terancam.

Hari Harimau Sedunia (Foto: Greeners)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 29 Juli, dunia memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day. Peringatan ini menjadi pengingat mendesak akan kondisi kritis populasi harimau liar yang semakin terancam.

Dikutip dari berbagaisumber, Hari Harimau Sedunia pertama kali dicetuskan pada 2010 dalam pertemuan internasional di St. Petersburg, Rusia. Sebanyak 13 negara yang menjadi habitat harimau sepakat mengambil langkah bersama untuk menyelamatkan spesies ini dari ambang kepunahan.

Sejak awal, peringatan ini tak sekadar simbolik, tetapi membawa misi besar untuk melipatgandakan jumlah harimau liar di alam hingga tahun 2022. Target tersebut lahir dari kekhawatiran akan populasi harimau yang terus menyusut selama satu abad terakhir.

Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 97 persen harimau liar telah punah, menyisakan sekitar 3.000 ekor saja di alam. Kondisi ini diperburuk oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan dampak perubahan iklim.

Bahkan, harimau kini hanya menempati sekitar 7 persen dari wilayah jelajah aslinya. Ruang hidup mereka terus tergerus oleh deforestasi dan ekspansi aktivitas manusia.

Karena itulah, upaya konservasi menjadi prioritas global yang melibatkan berbagai organisasi internasional dan lokal. Program perlindungan habitat, penegakan hukum, serta edukasi publik dijalankan secara masif.

Di Indonesia, peringatan Hari Harimau Sedunia disambut dengan berbagai aksi konservasi di kota-kota seperti Aceh, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jakarta, hingga Jawa Tengah. Kegiatan ini melibatkan lembaga pemerintah, LSM lingkungan, hingga dukungan dari UNDP.

Indonesia sendiri menjadi rumah bagi harimau terkecil di dunia, yaitu Harimau Sumatra. Satwa endemik ini kini berstatus Kritis menurut IUCN, dan hanya bisa ditemukan di Pulau Sumatra.

Harimau Sumatra tak hanya menjadi simbol kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga menjadi indikator penting bagi kesehatan ekosistem hutan tropis. Jika mereka punah, keseimbangan hayati di dalam hutan ikut terancam.

Saat ini, dari sembilan subspesies harimau yang pernah ada, tiga di antaranya telah dinyatakan punah. Enam sisanya pun menghadapi ancaman serius, mulai dari status Genting hingga Kritis.

Subspesies seperti Harimau Benggala, Harimau Siberia, dan Harimau Indocina masih bertahan, namun terus menurun jumlahnya. Sementara Harimau Malaya, Harimau Tiongkok Selatan, dan Harimau Sumatra berada dalam status konservasi yang paling mengkhawatirkan.

Melalui peringatan ini, dunia ingin menegaskan kembali pentingnya keberadaan harimau sebagai “spesies payung”. Artinya, melindungi harimau sama dengan melindungi ribuan spesies lain yang hidup di habitat yang sama.

Lebih dari itu, harimau juga menyimbolkan kekuatan dan keindahan alam yang liar dan bebas. Namun tanpa tindakan nyata, simbol itu bisa hilang dari dunia kita hanya dalam hitungan dekade.

Karena itu, Hari Harimau Sedunia menjadi ajakan global untuk bertindak, bukan hanya berbicara. Mulai dari mendukung kebijakan konservasi, hingga menyebarkan kesadaran melalui media sosial.

Konservasi harimau bukan hanya tentang menyelamatkan satu spesies, tetapi menjaga masa depan ekosistem yang menjadi tumpuan hidup manusia juga. Harimau yang lestari menandakan hutan yang sehat, dan hutan yang sehat menandakan bumi yang berkelanjutan. (*)

KEYWORD :

Hari Harimau Sedunia 29 Juli Peringatan Hari Harimau




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :