Selasa, 29/07/2025 04:52 WIB

Wamentrans Sebut Kerja Sama Transmigrasi Antar Daerah Percepat Pemerataan Penduduk

Wamentrans Viva Yoga menjelaskan, kolaborasi antarwilayah ini akan mempercepat pemerataan penduduk dan membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru. Kawasan transmigrasi, seiring waktu, diyakini akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sentra pangan nasional.

Wamentrans Viva Yoga Mauladi (kanan) dalam penandatanganan kerja sama transmigrasi antara daerah yang berlangsung di sela Rapat Kerja Kementerian Transmigrasi 2025 di Bali, Senin (Foto: Ist/Kementrans)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans) Viva Yoga Mauladi menegaskan bahwa program transmigrasi kini memiliki paradigma baru, yakni bersifat bottom up. Program berjalan bila ada aspirasi dari daerah.

Pernyataan itu disampaikan usai penandatanganan kerja sama transmigrasi antara Provinsi Banten dengan Sulawesi Barat, serta antara Kabupaten Mojokerto dengan Kabupaten Sidrap. Penandatanganan berlangsung di sela Rapat Kerja Kementerian Transmigrasi 2025 di Bali, Senin (28/7).

Dalam kerja sama tersebut, Sulawesi Barat ditetapkan sebagai daerah tujuan transmigrasi bagi transmigran Banten. Sementara itu, Mojokerto dan Sidrap menjalin sinergi untuk penguatan pembangunan daerah.

Wamentrans Viva Yoga menjelaskan, kolaborasi antarwilayah ini akan mempercepat pemerataan penduduk dan membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru. Kawasan transmigrasi, seiring waktu, diyakini akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sentra pangan nasional.

“Transmigrasi yang dilakukan saat ini juga akan mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yakni swasembada pangan,” ujar Viva Yoga dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta. Dirinya yakin swasembada pangan akan tercapai sebab selama ini kawasan transmigrasi terbukti menjadi sentra tanaman pangan.

Karena itu, ia mendorong agar inisiatif yang telah dilakukan Banten, Sulbar, Mojokerto, dan Sidrap bisa diikuti oleh pemerintah daerah lain. Dengan begitu, transmigrasi akan benar-benar menjadi motor pemerataan kesejahteraan dan penguat keutuhan NKRI.

Menurut Viva, transmigrasi bukanlah hal baru bagi bangsa Indonesia. Sejak masa leluhur, semangat membuka lahan baru dan membangun permukiman telah menjadi bagian dari sejarah panjang peradaban nusantara.

Ia mencontohkan kisah Tunggul Ametung yang membuka desa Tumapel, yang kemudian berkembang menjadi pusat Kerajaan Singasari. Dalam perjalanan waktu, desa yang dibuka dengan babad alas, membuka hutan, itu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, pemerintahan, dan peradaban, “hingga akhirnya terkenal menjadi ibu kota Kerajaan Singasari,” ujar alumni Pascasarjana UI itu.

Dari sejarah itu terlihat jelas bahwa pembukaan wilayah baru bukan hanya menciptakan pemukiman, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Semangat yang sama dihidupkan kembali melalui program transmigrasi modern.

Presiden Soekarno pun, kata Viva, telah memulai transmigrasi sejak 1950 dengan hasil nyata. Hingga kini, transmigrasi telah melahirkan 1.567 desa, 466 kecamatan, 116 kabupaten, dan tiga provinsi.

“Tiga provinsi itu adalah Sulawesi Barat, Papua Selatan, dan Kalimantan Utara”, ujarnya. “Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo dan Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka hari ini hadir dalam rapat,” ujar dia.

Viva Yoga menekankan bahwa transmigrasi yang dilakukan secara serius dan berkelanjutan dapat mengubah wilayah kosong menjadi pusat ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

“Jadi semangat transmigrasi yang sudah ada sejak leluhur nusantara ini perlu terus dikembangkan, caranya dengan komunikasi yang baik dan didukung dana, baik dari APBD maupun APBN,” ujar dia.

Hal demikian penting sebab ke depan kawasan transmigrasi akan menjadi kawasan baru yang terbuka untuk investasi yang memberikan efek pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

KEYWORD :

Info transmigrasi Wamentrans Viva Yoga Mauladi Tranmigrasi Pemerataan Penduduk




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :