
BPPSDM Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar kegiatan Training Agronomi dan Bisnis, yang diselenggarakan Program READSI dan PT MARS di Tarengga, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Foto: Kementan)
Luwu Timur, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong agar petani kakao mampu meningkatkan kapasitas dan kompetensinya dalam meningkatkan produksi kakao, termasuk mengelola usaha taninya dari hulu hingga hilir.
Terlebih, kini bahan baku cokelat tengah mengalami kenaikan harga, karena dunia mengalami kekurangan pasokan kakao. Organisasi Kakao Internasional memperkirakan dunia mengalami kekurangan pasokan kakao sekitar 374.000 ton pada musim 2023-2024.
Untuk memaksimalkan peluang tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan terus menggenjot penyiapan SDM andal dengan mendorong peningkatan kompetensi dan pemahamannya dalam meningkatkan produksi kakao.
Peningkatan pemahaman SDM pertanian dilakukan Kementan di antaranya melalui kegiatan Training Agronomi dan Bisnis, yang diselenggarakan Program READSI dan PT MARS di Tarengga, Luwu Timur, Sulawesi Selatan selama 21 hari dari tanggal 10 – 30 Juli 2024.
Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, untuk membangun dan mengembangkan bisnis usaha kakao perlu melibatkan banyak stakeholder dan harus dipandang sebagai sistem multidisiplin.
Sementara itu, Deputy Teknis Pusat Program READSI, M. Apuk Ismane mengatakan, naiknya harga biji kakao memang mengiurkan namun tidak diimbangi dengan ketersediaan biji kakao di lapangan.
"Untuk itu READSI dan PT MARS mendorong petani kakao dalam meningkatkan kapasitas produksi dan mengembangkan pengetahuan petani mengenai teknis budidaya kakao dan manajemen bisnis terus dilakukan, agar mampu memenuhi permintaan kakao secara global," kata Apuk Ismane saat membuka Training Agronomi dan Bisnis tersebut.
Direktur PT. Mars Fey menyebutkan bahwa cocoa Doctor yang telah dilatih diharapkan memiliki komitmen untuk menjalankan budidaya kakao tanpa penebangan hutan dan melindungi hutan yang ada demi kemaslahatan yang ada dengan senantiasa menerapkan prinsip berkelanjutan dan inklusif
"Usaha kakao diharapkan mampu menjadi solusi pemenuhan kebutuhan petani kakao untuk meningkatkan produktivitas yang berkualitas," kata Fey.
Training bisnis ini juga diharapakan dapat menciptakan agropreneur, menumbuhkan wirausaha petani kakao mandiri dan dapat menjalankan usahanya dalan pengembangan kakao desa (Cocoa Village Center).
Sebagai informasi, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan industri kakao. Hal ini didukung potensi Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia, dengan total produksi sekitar 700 ribu ton per tahun. Ironisnya jumlah produksi kakao tahun ini menurun karena jumlah pohon kakao sedikit.
KEYWORD :Kementerian Pertanian BPPSDMP Kementan Produksi Kakao Training Agronomi Petani kakao