Jum'at, 10/05/2024 13:26 WIB

Pertumbuhan Ekonomi RI Stagnan, Ini Solusi Guru Besar Untar

Guru Besar Universitas Tarumanagara (Untar), Prof. Dr. Sawidji Widoatmodjo, mendorong Indonesia meningkatkan jumlah wiraswasta produsen

Pengukuhan Guru Besar Untar (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Guru Besar Universitas Tarumanagara (Untar), Prof. Dr. Sawidji Widoatmodjo, mendorong Indonesia meningkatkan jumlah wiraswasta produsen untuk menggenjot perekonomian nasional, serta menyongsong Indonesia emas 2045.

Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di angka 5 persen per tahun. Dengan demikian, menurut Sawidji, target Indonesia emas 2045 sulit diwujudkan karena Indonesia masih menggantungkan sumber pertumbuhan pada keunggulan komparatif alami, yakni eksploitasi sumber daya alam.

"Ini tidak salah. Namun, tidak bisa jadi sumber pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan bertahan jangka panjang," kata Sawidji dalam pidato pengukuhan Guru Besar Untar pada Kamis (7/3) di Jakarta.

"Saya menawarkan pembaruan komparatif Indonesia dengan beralih ke SDM. SDM pun lebih spesifik pada wiraswastawan. Lebih spesifik lagi, wiraswastawan produsen, bukan wiraswastawan pedagang," imbuh dia.

Sawidji menjelaskan bahwa kondisi empiris Indonesia kini menunjukkan kecenderungan wiraswasta sebagai pedagang (trader) daripada produsen. Menurut data, total perusahaan yang melakukan penjualan selaku produsen di loka pasar hanya 6,28 persen. Selebihnya, 93,72 persen bertindak sebagai reseller.

Data ini diperkuat dengan semakin menurunnya kontribusi sektor industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 1997, ketika ekonomi Indonesia dalam kondisi puncak, peran sektor industri dalam PDB adalah 24,84 persen.

"Angka ini terus menurun, dan tinggal 18,67 persen pada tahun 2023. Data dari dari Bursa Efek Indonesia juga mengonfirmasi rendahnya jumlah wiraswastawan produsen ini. Dari total 900 perusahaan yang terdaftar, hanya 339 yang merupakan perusahaan manufaktur, atau sekitar sepertiga saja," papar dia.

Keberhasilan tawaran wiraswasta produsen ini, lanjut Sawidji, tetap bersyarat. Pertama, harus memenuhi karakteristik ekonomi Indonesia yang didominasi ekonomi domestik. Kedua, produk yang ditawarkan harus paling relevan dengan keunggulan komparatif Indonesia dan memiliki elastisitas permintaan rendah.

Adapun syarat ketiga ialah memperhatikan budaya. Dengan kuatnya konsumsi domestik, maka perlu diperhatikan pilihan produk-produk yang berkaitan dengan budaya lokal. Poduk yang berkaitan langsung dengan budaya adalah produk seni dan pariwisata. Produk makanan juga harus memenuhi syarat ketiga ini, karena makanan berkaitan erat dengan budaya.

"Kalau syarat itu dapat dipenuhi, langkah berikutnya adalah pembagian tugas untuk memastikan wiraswastawan produsen dapat bekerja secara berkelanjutan. Kepastian itu dapat diwujudkan dengan adanya proteksi. Proteksi yang terpenting adalah menjamin adanya fair competition dan perlindungan hak cipta. Tugas ini menjadi bagian pemerintah," tutup dia.

KEYWORD :

Universitas Tarumanagara Pertumbuhan Ekonomi Sawidji Widoatmodjo Wiraswasta Produsen




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :