Sabtu, 27/07/2024 08:12 WIB

Kisah Guru Pangkep Dibesarkan oleh Tumpukan Sampah

Lelaki itu bernama Ridwan. Guru Penggerak yang kini menjabat Kepala Sekolah SD Negeri 16 Laikang, Pangkajene dan Kepulauan

Kepala SDN 16 Laikang dan Guru Penggerak asal Pangkep, Ridwan (Foto: Muti/Jurnas.com)

Makassar, Jurnas.com - "Tiga hari tiga malam saya terdampar di pulau kosong, Pak," ucap seorang lelaki yang baru beberapa menit lalu berdiri di tengah kegiatan diskusi yang berlangsung di gedung geologi Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Nadanya menurun, kepalanya menunduk, suaranya mulai terputus.

"Waktu itu saya sedang sakit malaria," imbuh dia singkat.

Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Iwan Syahril, yang memimpin diskusi tersebut langsung menghampiri lelaki itu. Dipeluknya dia erat. Tangis lelaki itu mulai pecah, disambung sayup-sayup sesenggukan dari para peserta yang hadir. Suasana seketika haru.

Lelaki itu bernama Ridwan. Guru Penggerak yang kini menjabat Kepala Sekolah SD Negeri 16 Laikang, Pangkajene dan Kepulauan. Bagi dia, pengalaman yang baru saja membuat seisi ruangan berubah haru, hanya satu dari sederet pengalaman yang pernah membesarkannya sebagai guru tangguh hingga kini.

Cerita itu terjadi pada 2007 silam, ketika dia lulus calon pegawai negeri sipil (CPNS) lalu ditempatkan di Pulau Sapinggang. Bukan perkara mudah mencapai Sapinggang. Pulau yang berada di barat daya Pangkep itu berjarak 341 kilometer dari daratan utama Sulawesi. Jarak sejauh itu memaksa Ridwan berjibaku melawan ombak selama tiga hari lamanya.

Sialnya, dalam salah satu perjalanannya meninggalkan Sapinggan menuju daratan utama karena terserang malaria, kapalnya karam dan dia bersama para penumpang terdampar di pulau tak berpenghuni.

"Nyawa taruhannya ketika saya harus mengajar di daerah terpencil," ucap Ridwan.

Ancaman ombak di depan mata tak lantas membuat Ridwan gentar. Tekadnya memberikan kesempatan pendidikan kepada para siswa yang mengalai keterbatasan akses di wilayah kepulauan terluar sudah bulat. Apalagi, dia sendiri pernah menyandarkan nasibnya dari tumpukan sampah demi tetap mengeyam pendidikan.

Ridwan kecil melakoni profesi sebagai pemulung di Kota Makassar. Berpindah dari tong ke tong hanya untuk mengais sampah yang mungkin masih bisa dijual. Uang hasil memulung dia sisihkan untuk memenuhi keperluannya di jenjang sekolah dasar.

Kondisi tak berubah jauh ketika dia mulai naik ke tingkat SMP. Selama jam sekolah, Ridwan menjajakan makanan ringan dan kue dari kelas ke kelas. Berharap uang penjualan bisa membantu pendidikan berjalan mulus, meski sayangnya tidak seperti yang diharapkan, karena dia sempat berhenti selama dua tahun akibat tercekik biaya.

Kedua orang tua Ridwan bukan tak mendukung, namun profesi mereka cuma buruh kasar dengan penghasilan pas-pasan untuk menyambung hidup hari demi hari. Bisa makan saja sudah syukur.

Kondisi ini pelan-pelan membentuk Ridwan menjadi pribadi yang tangguh. Cita-citanya menjadi seorang guru kian tak terbendung, dengan komitmen kuat ingin menumbuhkan asa mereka yang berada di balik tirai kemiskinan. Ini pula yang menguatkan alasannya menempuh jarak ratusan kilotemer mengarungi lautan demi siswa-siswi SD di Sapinggang.

Meski akhirnya sukses menjadi guru usai pendidikan Diploma-II di Universitas Negeri Makassar (UNM), Ridwan pantang berpuas diri. Dia berkeyakinan, guru harus senantiasa meningkatkan kemampuan diri agar keberadaannya tetap dibutuhkan oleh peserta didik di tengah derasnya arus perkembangan teknologi.

Sebab itu, pada 2022 lalu, Ridwan mendaftarkan diri dalam program Guru Penggerak Kemdikbudristek angkatan ke-3. Dari sinilah dia belajar cara mengoptimalkan potensi siswa tanpa harus mendikte dan menjadikan proses pembelajaran hanya terpusat pada guru.

"Dalam Guru Penggerak saya selalu menyimak bahwa pendidikan itu ibarat petani sedang menabur benih di tanah. Maka guru memberi pupuk dan membasmi hama. Karena itu Guru Penggerak harus bisa mengoptimalkan potensi yang ada," tutur Ridwan.

Menjadi Guru Penggerak meningkatkan kemampuan Ridwan dalam mengajar dan melakukan manajerial. Hingga pada akhir 2023 lalu, dia diberikan amanah menjadi Kepala Sekolah SD Negeri 01 Laikan di daratan Pangkep, sekaligus menjadi akhir petualangannya di wilayah kepulauan.

Kini, Ridwan sedang menempuh pendidikan magister (S-2) di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Bosowa. Komitmennya menjadi kepala sekolah sekaligus guru yang berkualitas bagi anak murid dia pegang erat-erat. Sebagai fondasi, justru peran guru krusial dalam membentuk siswa-siswa yang kelak akan menjadi calon-calon pemimpin di Bumi Pertiwi.

"Ibarat tanaman, guru adalah akar yang menumbuhkan batang. Dan saya buktikan bahwa saya yang dari ekonomi lemah bisa sampai ke titik ini," tutup Ridwan.

KEYWORD :

Pangkep Guru Penggerak Ridwan Kemdikbudristek Pangkajene




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :