Jum'at, 17/05/2024 12:48 WIB

Polinema Kenalkan Standar Industri Lewat Tefa AMDK

Melalui Tefa AMDK ini, mahasiswa dikenalkan dan dibimbing melakukan proses produksi yang sesuai dengan standar industri

Mahasiswa melakukan praktikum di laboratorium kimia Polinema (Foto: Muti/Jurnas.com)

Malang, Jurnas.com - Perguruan tinggi vokasi (PTV) terus berupaya meningkatkan kompetensi lulusan, supaya dapat bersaing di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Salah satunya dengan kehadiran Teaching Factory (Tefa).

Tefa merupakan konsep pembelajaran berbasis industri sehingga mahasiswa mampu mengenal seluk-beluk dunia kerja jauh-jauh hari sebelum lulus. Demikian disampaikan Direktur Politeknik Negeri Malang (Polinema), Supriatna Adhisuwignjo.

Supriatna mengatakan, sejak 2018 lalu Polinema telah memiliki Tefa Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang dipakai dalam proses pembelajaran mahasiswa Jurusan Teknik Kimia.

Melalui Tefa AMDK ini, mahasiswa dikenalkan dan dibimbing melakukan proses produksi yang sesuai dengan standar industri, melalui kerja sama yang terjalin antara Polinema dan sejumlah mitra industri.

"Kalau Tefa AMDK ini bisa kita jadikan sesuai industri, maka suasana kerja maupun iklim standar proses di Tefa sangat dekat dan relevan dengan kenyataan di DUDI. Inilah kita harapkan mahasiswa belajar di Tefa," terang Supriatna di sela-sela Press Tour Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) di Malang, Jawa Timur pada Rabu (18/10).

"Kami menggandeng beberapa DUDI untuk melakukan pendampingan atau technical assistant untuk melihat apakah yang kami lakukan sudah sesuai dengan industri AMDK," imbuh dia.

Saat ini, Tefa AMDK Polinema sanggup memproduksi 320 liter air minum dalam kemasan per hari dalam situasi normal. Supriatna menyebut, jumlahnya bisa bertambah tergantung permintaan.

Adapun pemasaran produk AMDK Polinema hingga kini masih terbatas memenuhi kebutuhan kampus. Namun, Supriatna tetap mengupayakan produk air minum Polinema terdistribusi ke masyarakat.

"Kita mulai dengan mengurus nomor izin usaha. Sudah kita dapatkan. Kita sebetulnya perlu mendapatkan merek, sesuai dengan prinsip merek dan prinsip dunia marketing. Supaya nanti bisa tepat dan sesuai untuk branding," ujar dia.

"Sedangkan proses SNI masih proses tapi belum keluar sertifikatnya. Termasuk ke depan sertifikat halal," tambah dia.

Selain berharap memperoleh kompetensi standar industri melalui Tefa, Supriatna juga mendorong mahasiswa mengambil sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), guna meningkatkan peluang lulusan terserap industri, meskipun saat ini tingkat keterserapan Jurusan Teknik Kimia Polinema sudah mencapai 95 persen.

"Dengan adanya pembelajaran berbasis Tefa ditambah lulusan punya sertifikat kompetensi, maka pembelajaran link and match bisa berjalan. Apalagi khusus teknik kimia serapannya cukup tinggi," tutur dia.

Supriatna menambahkan, tahun ini Tefa AMDK Polinema merupakan satu satu penerima bantuan pembiayaan Matching Fund dari Ditjen Diksi Kemdikbudristek dengan nilai Rp230 juta.

"Matching Fund ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran berbasis Tefa ini," ujar dia.

Kepala Jurusan Teknik Kimia, Yanty Maryanty menjelaskan Tefa AMDK memiliki keterkaitan dengan sejumlah mata kuliah di Polinema. Oleh karena itu, mahasiswa terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dasar di sejumlah mata kuliah sebelum praktikum di Tefa AMDK.

"Salah satunya mata kuliah bioproses, di mana mereka sudah bisa mengidentifikasi mikroorganisme, untuk melihat apakah produk ini. Mereka yang sudah masuk praktikum ini sudah memiliki pengetahuan dasar tentang kimia dasar, kimia analis, juga K3L," jelas Yanty.

KEYWORD :

Tefa AMDK Air Minum Dalam Kemasan Polinema Politeknik Negeri Malang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :