Jum'at, 17/05/2024 18:53 WIB

Menyambut Kebangkitan Partai Islam di Indonesia

Menyambut Kebangkitan Partai Islam di Indonesia

M. Ramly Syahir, Lc. M.Si

Jakarta, Jurnas.com - Dalam suatu kesempatan, ketum PKB Gus Muhaimin Iskandar melontarkan narasi yang oleh sebagian orang dianggap ngedabrus dengan mengatakan : "PKB partai Islam terbesar, dengan jumlah pemilih 13 juta, itu kok masih diremehkan".

Tanpa lontaran cak Imin seperti itu, Surya Paloh (SP) Sang Penggagas koalisi kedua partai Islam terbesar di Indonesia sebenarnya sedang menguji hipotesisnya bahwa jika kedua partai Islam berkoalisi, akan menjadi koalisi maut, yang bisa mematahkan impian partai-partai lawan..

Pada Pilihan Raya umum (PRU) 2008 di Malaysia, para pengamat dibikin terbelalak dengan hasil perolehan di mana Partai Islam Se-Malaysia (PAS) meraih 43 kursi dengan mengalahkan partai UMNO yang hanya mendapat 26 kursi..

Pada pemilihan 2023 di Turki, partai Islam AKP (partai keadilan dan pembangunan) pimpinan Recep Tayyib Erdogan kembali memenangi pemilu dengan perolehan 52,18 %. Ini menunjukkan bahwa partai Islam masih bisa eksis walau di negara sekulerpun.

Pada pemilu 2012 di Mesir, FJP (partai kebebasan dan keadilan) yang merupakan sayap politik kelompok Ikhwanul Muslimin mampu meraup suara 47,18 % dan mampu mengalahkan partai konservatif yang hanya memperoleh 25% suara. Dengan perolehan 235 kursi parlemen tersebut, menjadikan FJP, akan menjadi penguasa di Mesir, walaupun kemenangannya dianulir oleh Amerika.

Ini menunjukkan bahwa, ada trend gerakan partai Islam di berbagai kawasan sedangan mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat.

Di sinilah terlihat bagaimana SP yang terkesan one man show, begitu percaya diri meninggalkan partai Demokrat (baca : AHY), walau ada bayang-bayang SBY. SP seolah tidak menyia-nyiakan momentum sentimen Islam di berbagai kawasan, Baginya, lebih baik menendang Demokrat dari pada menendang PKS.

Alhasil, jika hipotesis SP ini terbukti, maka kedua partai Islam terbesar di Indonesia ini harus belajar dari strategi keberhasilan partai-partai Islam di tiga negara yang bisa meraih simpati dari kader internal maupun pemilih eksternal lainnya. Perlu juga disinggung di sini, bahwa kemenangan PAS di Malaysia, karena aliran suara dari sempalan pemilih warga China yang kecewa kepada partai DAP.

Jadi, tekanan yang bertubi-tubi menggoyang Cak Imin - baik dari mbak Yeni Wahid, Yahya Staquf (ketua PBNU) dan yang terkini dari menag RI, Chalil Qoumas - sebenarnya menjadi berkah bagi cak Imin, asalkan orang-orang di sekitar cak Imin mampu mengelola dengan baik serangan dari triangel tersebut.

Walhasil, koalisi PKB-PKS memang tidak bisa diremehkan, ia buka koalisi hore-hore tapi lebih merupakan koalisi maut, di saat momentum arus semangat keislaman masyarakat Indonesia semakin terasa, terlebih simpati kyai-kyai khos Jawa Timur, kian mengalir kepada Cak Imin yang terus dikuyo-kuyo oleh kekuatan triangel.

Sebut saja, dukungan riil dari kyai Kholil As`ad (Situbondo), kyai Fu`ad (sidogiri), kyai Hasib Wahab (jombang), kyai Kafabihi Mahrus (Lirboyo) dan kyai Nurul Huda jazuli (Ploso) yang sempat menasehati Gus Yahya Staquf agar hubungan PBNU-PKB sejatinya menjadi hubungan yang simbiosis mutualisme atau yang dalam istilah beliau hubungan yang Huwa-Huwa. (PKB ya NU, NU ya PKB). Dan beliau berharap agar PBNU tidak terus membenci gerakan perjuangan yang dilakukan oleh kader-kader PKB.

Oleh: M. Ramly Syahir, Lc. M.Si

Penulis pernah nyantri di Nurul Jadid Paiton dan di Baghdad Irak. Sedang sekolah S3, di IAIN Kediri..

Bersambung ke : part 2
(Rahasia Kekuatan Partai Islam)

KEYWORD :

Muhaimin Iskandar PKB PKS Partai Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :