Rabu, 02/07/2025 19:31 WIB

Kisah Pasangan Gay Diancam Dibunuh Anak Angkatnya

Pasangan Gay asal London, Glenn Hammet, dan Keith Millay sekarang menjalani kehidupannya dalam rasa takut, setelah salah satu anak yang diadopsinya dari panti asuhan di Ulyanovsk, Rusia, mengancam akan membunuhnya

Keith Millay (Tengah Kiri) Bersama Glenn Hammet (Kanan Tengah) dan Anak Angkatnya Renat (Kiri) dan Max (Kanan)

London - Pasangan Gay asal London, Glenn Hammet, dan Keith Millay sekarang menjalani kehidupannya dalam rasa takut, setelah salah satu anak yang diadopsinya dari panti asuhan di Ulyanovsk, Rusia, mengancam akan membunuhnya. Pada 12 November, 1998 menjadi momen yang tidak terlupakan bagi Glenn, karena pada hari itu impian yang dianggapnya tidak mungkin akhirnya terwujud. Karena di hari itulah guru asal London itu resmi menjadi ayah.

Glenn pun segera memberitahukan berita bahagia itu pada pasangannya Keith Millay. Saat itu Keith memilih untuk tinggal dirumahnya untuk menghindari hukum Rusia yakni larangan adopsi bagi pasangan gay, namun membolehkan pria single untuk mengadopsi anak. "Saat itu suhu diluar berada dibawah 30 derajat celcius, dia terlihat sangat kecil dan rapuh, dia dibawa oleh dua wanita Rusia, mereka kemudian membuka dan dan aku memberikan pakaian yang aku bawa pada mereka, supaya mereka dapat mengganti pakainnya yang saat itu basah," ungkapnya. "Dia berusia tiga tahun, namun begitu kekurangan gizi dan kulitnya terlihat mengerikan."

Dua tahun kemudian keluarga ini semakin lengkap setelah mereka mengadopsi satu anak lagi dari panti asuhan yang sama. Kisah kehidupan keluarga kecil itu pun dimulai di London. Pada awalnya Glenn dan Keith merasa bahagia dengan kehidupan keluarga baru mereka. Tapi harapan untuk memliki keluarga yang seperti negeri dongeng itu berubah menjadi seperti neraka. Kebaikan pasangan itu telah menematkan hidup mereka dalam bahaya. Selama enam tahun, anak mereka Renat, yang sekarang berusia 21 tahun telah mencoba mencekik Glenn, 59 dengan tali anjing serta menyerang kedua pasangan itu.

Dia pernah mencekik adiknya dan mengancam akan menusuk ketiganya (Glen, Keith dan Max), mencuri uang mereka. Renat juga telah menghancurkan perabotan rumah seperti komputer, tv dan lainnya, mengakibatkan kerugian yang banyak. Kedua orang tua itu telah mencoba melaporkan kasus itu pada pihak kepolisian tapi laporan tersebut tidak digubris.

Glen mengakui bahwa hidup mereka telah berubah menjadi seperti mimpi buruk, baik secara fisik, emotional bahkan finansial. Mereka sekarang memperingatkan pada setiap orang tua yang ingin mengadopsi anak agar lebih berhati-hati, keduanya adalah orang tua yang sangat bertanggung jawab dan sangat mencintai anaknya, namun menurut mereka memang terkadang akan sulit untuk memperbaiki seseorang yang dari awal telah rusak.

Glen memperingatkan bahaya mengadopsi balita dari panti asuhan itu. "Di panti asuhan itu setiap kamar terdiri dari 40 tempat tidur yang berdesakan dan tidak ada orang dewasa yang menemani anak-anak itu tidur." "Kita menyadari mungkin mereka (Renat dan Max) pernah mengalami kekerasan, fisik, mental dan bahkan seksual sebelumnya. Ketika hal itu sudah terjadi akan sangat sulit untuk bagi mereka untuk memulai hubungan baru dengan orang lain," Glenn setuju dengan adopsi itu karena ia adalah seorang guru dan ia telah familiar dengan cara mengajar anak balita.

Mereka menemukan bahwa Renat itu diabaikan dan diserahkan oleh ibunya ke panti asuhan tersbeut, sedangkan Max sebelumnya diasuh oleh neneknya sampai sang nenek sudah tidak mampu lagi dan ia diserahkan ke panti asuhan tersebut. Pasangan itu berharap ingin memberikan kedua anak itu kehidupan yang lebih baik di inggris. Namun nyatanya kehidupan di inggris lebih sulit dari yang dibayangkan.

Max mengalami kesulitan berbicara, dan mereka menghabiskan banyak uang untuk membawa Max ke tempat terapi berbicara. Sedangkan Renat termasuk balita yang moody dan agresif. "Max sekarang sedang menempuh pendidikan untuk memperoleh gelar di bidang biologi di Universitas Portsmouth," ungkap Keith dengan bangga, ia juga menyatakan bahwa Max adalah anak yang memiliki tujuan dan sagat terorganisir.

Jika Max menempuh pendidikannya di sekolah khusus, karena kesulitan bicaranya. Permintaan saudaranya, Renat untuk masuk sekolah khusus ditolah dengan alasan ia tidak memerlukannya, semenjak saat itu Renat berubah dan menjadi lebih berbahaya, baik pada kedua orang tua dan saudaranya, bahkan anjing peliharaan keluarga itupun takut karena ia mematahkan ekornya.

Keduanya mengakui mereka mengalami kesulitan disekolah karena memiliki orang tua gay, dan hal itu membuat Renat menjadi homophobic dan bahkan mencoba menyakiti keduanya. "Beberapa anak membulliku karena aku memiliki dua ayah, jadi aku membalasnya dengan kekerasan, aku melampiaskannya pada orang tuaku karena menurutku itu semua salah mereka," ungkap Renat.

"Aku rasa orang tua gay harus lebih berhati-hati dalam mengadopsi anak mereka, karena biasanya anak-anak lain akan memandangnya (anak dari orang tua gay) dengan berbeda," tambahnya. Pasangan Gay adal London itupun telah membayar mahal untuk terapi mental Renat, namun pengobatan kesehatan mental yang penuh tidak tersedia untuk anak-anak usia 14 tahun ke atas.

Renat kemudian menjadi lebih liar, ia bahkan drop out dari sekolah dan mulai melakukan tindakan yang membahayakan. "Satu-satunya cara adalah dengan memanjarakannya, meskipun itu sangat tidak kami inginkan."

Setelah menggelandang sekarang Renat telah menemukan pekerjaan dan berniat untuk menyewa flat pada bulan Maret ini. Anak adopsi asal Rusia itu mengakui bahwa ia masih agresif dan bertindak kasar, namun ia sudah tidak lagi melampiaskannya pada kedua orang tuanya, "sekarang saya menghancurkan properti mereka sebagai gantinya," katanya.

Pengrusakan yang dilakukan Renat mencapai biaya 60.000 poundstering setara dengan Rp1miliar hanya dalam waktu enam minggu saja. "Kami benar-benar kehabisan uang, terkadang saya menyesali adopsi itu, tapi saya percaya bahwa dengan perawatan yang baik Renat dapat menjadi sembuh, dia layak mendapatkan kesempatan itu," ungkap Glenn.

Setidaknya sekarang Renat sudah mulai mengakui kesalahannya dan mencoba untuk mengendalikan emosinya, "saya bersukur mereka mengadopsi saya, namun saya benar-benar tidak dapat mengendalikan emosiku ketika berada dirumah mereka, terkadang saya merasa bersalah karena perbuatan saya itu," ungkapnya, Renat berharap ia dapat belajar teknik mesin.

 

KEYWORD :

Gay Orang Tua Gay Kekerasan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :