Jum'at, 17/05/2024 11:06 WIB

Nilai-Nilai Kebangsaan Masyarakat Aceh Modal Penting untuk Menjawab Berbagai Tantangan

Nilai-Nilai Kebangsaan Masyarakat Aceh Modal Penting untuk Menjawab Berbagai Tantangan

Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. (Foto: Humas MPR)

Banda Aceh, Jurnas.com - Bangkitkan kembali nilai-nilai kebangsaan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan saat ini.

"Kita harus membangkitkan kembali memori bahwa Aceh memainkan peran penting yang luar biasa pada proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam upaya mempertahankan nilai-nilai kebangsaan kita," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat pada Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bertema Sejarah dan Peran Aceh dalam Pembentukan NKRI di hadapan Civitas Akademika Universitas Syiah Kuala Aceh, di Banda Aceh, Rabu (6/9).

Masyarakat Aceh, menurut Lestari, sejak masa lalu sudah ditanamkan nilai-nilai yang saat ini terkandung dalam empat pilar kebangsaan yang kita milki.

Sejak kecil, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, anak-anak Aceh sudah diajari membaca, diawali dengan membaca Al Quran.

Di Aceh pula, tegas Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, sejak masa lalu sudah melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan, para sultana, yang melakukan perlawanan terhadap para pendatang yang mencoba menjajah negeri ini.

Nilai-nilai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, tambah Rerie, sudah diterapkan di Aceh sejak masa lalu, sekaligus membawa kebesaran Aceh.

Menurut Rerie, catatan perjalanan sejarah Aceh merupakan bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia dalam proses pembentukan NKRI.

Bahkan, ujar dia, nilai-nilai yang diterapkan pada masyarakat Aceh sejak masa lalu juga terkandung pada empat konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

Rerie menilai dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini, sudah seharusnya setiap warga negara memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan yang kuat, dalam menghadapi sejumlah tantangan itu.

Bagi masyarakat Aceh dengan membangkitkan nilai-nilai luhur yang dimiliki, tegas Rerie, seharusnya lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini.

Pada kesempatan kunjungan ke Universitas Syiah Kuala, Rerie juga mengunjungi Pusat Riset Atsiri (Atsiri Research Centre/ARC), lembaga yang menjadi bagian dari Universitas Syiah Kuala.

Menurut Direktur Riset ARC, Dr. Syaifullah Muhammad, Pusat Riset Atsiri melakukan penelitian sekaligus pengembangan minyak nilam, siri, gaharu, kayu manis untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan kosmetika.

Dalam tahapan pengembangan minyak atsiri itu, Universitas Syiah Kuala bekerjasama dengan sejumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Aceh, yang sebagian produknya sudah diekspor ke luar negeri.

Menurut Rerie, upaya yang dilakukan Universitas Syiah Kuala ini merupakan realisasi dari nilai-nilai yang diamanatkan UUD 1945 yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

KEYWORD :

Kinerja MPR Lestari Moerdijat Aceh NKRI Sejarah Universitas Syiah Kuala




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :