Sabtu, 04/05/2024 05:03 WIB

WHO Klasifikasikan COVID-19 EG.5 sebagai Variant of Interest

Varian ini tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat daripada varian lainnya.

Illustrasi Covid-19. (Foto istimewa)

JAKARTA, Jurnas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis COVID-19 EG.5 yang beredar di Amerika Serikat (AS) dan China sebagai variant of interest (VOI). Namun dikatakan varian ini tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat daripada varian lainnya.

Varian yang menyebar cepat, yang paling umum di Amerika Serikat dengan perkiraan lebih dari 17 persen kasus, berada di balik peningkatan virus di seluruh negeri dan juga telah terdeteksi di China, Korea Selatan, Jepang, Kanada, dan negara-negara lain.

"Secara kolektif, bukti yang tersedia tidak menunjukkan bahwa EG.5 memiliki risiko kesehatan masyarakat tambahan dibandingkan dengan garis keturunan keturunan Omicron lainnya yang beredar saat ini," kata WHO dalam evaluasi risiko.

WHO menambahkan, diperlukan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh EG.5.

COVID-19 telah membunuh lebih dari 6,9 juta orang secara global, dengan lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi sejak virus tersebut muncul. WHO menyatakan wabah itu sebagai pandemi pada Maret 2020 dan mengakhiri status darurat global untuk COVID-19 pada Mei tahun ini.

Pimpinan Teknis WHO untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove mengatakan, EG.5 telah meningkatkan penularan tetapi tidak lebih parah dari varian Omicron lainnya.

"Kami tidak mendeteksi perubahan keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021," katanya.

Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyayangkan banyaknya negara yang tidak melaporkan data COVID-19 ke WHO. Dia mengatakan bahwa hanya 11 persen yang melaporkan rawat inap dan masuk ICU terkait virus tersebut.

Sebagai tanggapan, WHO mengeluarkan serangkaian rekomendasi tetap untuk COVID-19, yang mendesak negara-negara untuk terus melaporkan data COVID, khususnya data kematian, dan data morbiditas, dan terus menawarkan vaksinasi.

Van Kerkhove mengatakan, ketiadaan data dari banyak negara menghambat upaya melawan virus.

"Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi atau bertindak atau lebih gesit," katanya. "Dan sekarang keterlambatan kemampuan kita untuk melakukan itu semakin meningkat. Dan kemampuan kita untuk melakukan ini menurun."

Sumber: Reuters

KEYWORD :

COVID-19 EG.5 Amerika Serikat China Tedros Adhanom Ghebreyesus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :