Jum'at, 17/05/2024 12:49 WIB

Pakar Sebut Pertanian Indonesia Berkembang Baik

Kementerian Pertanian (Kementan) mampu melalui berbagai kondisi dan peristiwa seperti krisis ekonomi, pandemi dan perubahan sosial melalui Teknologi Revolusi Hijau (TRH).

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri dan Peneliti sekaligus pakar Ilmu Pemuliaan Tanaman, Sumarno dalam Focus Group Discussion (FGD) Tinjauan Historis Peta Jalan Sektor Pertanian Indonesia Dalam Mencapai Kedaulatan Pangan yang digelar di Bogor, Jawa Barat, Jumat, (28/7).

JAKARTA, Jurnas.com - Peneliti sekaligus pakar Ilmu Pemuliaan Tanaman, Sumarno menilai kinerja pertanian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan bangsa dari waktu ke waktu menunjukkan performa yang membanggakan.

Demikian kata Sumarno dalam Focus Group Discussion (FGD) Tinjauan Historis Peta Jalan Sektor Pertanian Indonesia Dalam Mencapai Kedaulatan Pangan yang digelar di Bogor, Jawa Barat, Jumat, (28/7).

Dia mengatakan, kemajuan pertanian Indonesia cukup pesat, di mana pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mampu melalui berbagai kondisi dan peristiwa seperti krisis ekonomi, pandemi dan perubahan sosial melalui Teknologi Revolusi Hijau (TRH).

"Kementan sejak dulu sudah bekerja secara cerdas dengan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap pejabat di daerah untuk memperkenalkan teknologi revolusi hijau yang digunakan sampai sekarang. Jadi, secara nyata Kementan bekerja secara baik dan meyakinkan, karena mampu menghasilkan varietas unggul dan produksi yang cukup tinggi," ujar dia.

Sejak dulu, lanjut dia, Kementan melatih petugas daerah untuk mengikuti pelatihan peningkatan produksi. Para kadis daerah juga dilatih untuk memperkenalkan dan mengembangkan teknologi revolusi hijau.

"Mereka juga dibekali benih ajaib dari IR5 dan IR8 sebagai benih varietas unggul waktu itu. Jadi, saya kira Kementan bertindak tepat mempersiapkan adopsi TRH," kata dia.

Di era Soeharto, kenang Sumarno, Kementan menugaskan mahasiswa ke lapangan untuk memaksimalkan produksi pangan. Saat itu ada Bimas swasembada pangan yang menjadi penyebab cikal bakal swasembada pangan.

Sumarno menjelaskan bahwa dampak positif revolusi hijau adalah hasil panen meningkat 300 Sampai 400 persen. Kemudian petani mampu bertanam hingga 3 kali dalam setahun serta mampu mengatasi kelaparan kronis dan mencukupi kebutuhan beras dalam negeri.

Sementara itu, Akademisi sekaligus Pakar Pangan IPB, Prima Gandhi mengatakan, secara definisi yang berdasarkan deklarasi PBB tentang hak asasi manusia dijelaskan bahwa kedaulatan pangan asalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan untuk menjamin hak atas pangan rakyat.

"Hal ini sesuai dengan UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan dan pasal HAM PBB pasal 25 ayat 1. Jadi kalau kita lihat kebijakan saat ini sudah sesuai karena rakyat diajakin atas hak pangan. Bisa kita lihat dari sisi Ketersediaan dan prasarananya masyarakat bisa membeli pangan terjangkau dan layak," katanya.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa capaian demi capaian kementan terus berlanjut hingga saat ini, dimana Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan secara baik.

Terakhir, Indonesa berhasil mencapai swasembada karena tidak mengimpor beras selama 3 tahun berturut-turut. "Jadi semua rangkaian ini kita lanjutkan. Bahkan pertanian mampu menjadi penyokong dan kekuatan ekonomi negara disaat krisis dunia," tegasnya.

KEYWORD :

Teknologi Revolusi Hijau Kementerian Pertanian Pertanian Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :