Sabtu, 20/04/2024 09:23 WIB

Pemerintah Kota Semarang Bikin Rumah Khusus Penanganan Stunting

Pemerintah Kota Semarang bikin rumah khusus penanganan stunting

Rumah Pelita atau Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (bayi di bawah usia dua tahun), yang berada di Balai Kelurahan Manyaran di Jalan Candi Pawon Timur III, Kecamatan Semarang Barat diresmikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Selasa (21/2).

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyambut baik inovasi Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam percepatan penurunan stunting melalui pembangunan Rumah Pelita atau Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (bayi di bawah usia dua tahun).

Rumah Pelita adalah inovasi Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan zero stunting melalui daycare atau tempat penitipan anak yang dikhususkan untuk balita stunting di wilayah Semarang Barat. Rumah Pelita yang berada di Balai Kelurahan Manyaran di Jalan Candi Pawon Timur III, Kecamatan Semarang Barat diresmikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Selasa (21/2).

Kepala BKKBN Pusat Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K) melalui Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah drg. Widwiono, M.Kes mengatakan menyambut baik dan apresiasi terhadap inovasi Rumah Pelita dari Pemerintah Kota Semarang.

“Kita akan sampaikan dan dorong untuk daerah lain di Jawa Tengah, yang memiliki permasalahan yang sama, yaitu pola asuh, untuk membuat daycare seperti ini,” kata Widwiono mewakili Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

Menurut Widwiono, inovasi tersebut dalam upaya mencapai target penurunan angka stunting hingga di bawah 14 persen pada 2024, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, saat meresmikan Rumah Pelita, Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengatakan ada lima pilar percepatan penurunan stuting yaitu, komitmen pimpinan, sosialisasi dan komunikasi, konvergensi dan koordinasi program, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi.

"Yang perlu digarisbawahi lintas sektor. Ketika kita dalam penanganan suatu isu dilakukan secara berkolaborasi, bersinergi, terintegrasi, hasilnya akan maksimal," ujarnya.

Menteri Bintang Puspayoga menyebutkan upaya percepatan penurunan stunting menjadi tanggung jawab bersama antara lain pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

"Lima pilar itu kan jadi dasar mempercepat stunting. Sudah diatur dalam stranas. Lima pilar itu semuanya kolaborasi pusat dan daerah. Gerakan bersama dari pusat sampai daerah yang punya komitmen bersama," imbuhnya lagi.

Menurut Menteri PPPA, sinergi kolaborasi yang menjadi kunci penanganan stunting telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Rumah Pelita dengan melibatkan berbagai lintas sektor. Dan beliau berharap inovasi baik semacam ini dapat ditemukan di daerah lain.

“Di sini ada praktik baik, kenapa ini tidak direplikasi di kabupaten/kota terdekat dulu. Kalau ini dapat memberikan inspirasi yang menjadi harapan bapak Presiden mudah-mudahan direplikasi tidak hanya di Jawa Tengah tapi juga seantero nusantara,” terang Bintang.

Dalam sambutannya, Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau akrab disapa Mbak Ita mengungkapkan melalui Rumah Pelita diharapkan baduta yang mengalami stunting karena pola asuh dapat tertangani.

Rumah Pelita ini bentuk penanganan (stunting) dari hulu hingga hilir. Kami merekrut dari Dinas Kesehatan ada pengasuhnya, ada juru masaknya, ada pendampingan ahli gizi, sehingga jadi satu paket yang komplit,” kata Hevearita.

Selain fasilitas daycare untuk anak dengan ibu bekerja, Rumah Pelita juga menyediakan fasilitas yang lengkap. Fasilitas tersebut antara lain layanan dan pemberian makanan sesuai arahan ahli gizi, pemeriksaan sanitasi dan fisioterapis, kemudian konseling dan edukasi psikolog. Rumah Pelita juga menyediakan ruang khusus untuk melayani ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan ibu hamil dengan anemia.

“Kalau di Semarang Barat kan karena pola asuh, kalau di Semarang Utara karena kurang gizi. Sehingga solusinya pun harus berbeda dan perlu penanganan komprehensif,” papar Ita yang juga penulis buku Resep Masakan Baduta Dan Ibu Hamil Untuk Generasi Emas Indonesia.

Data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Semarang menunjukkan terdapat 15 kasus anak stunting dan 3 ibu hamil dengan KEK dan anemia di seluruh wilayah Kecamatan Semarang Barat. Sementara hingga hari ini Rumah Pelita menangani 10 kasus anak stunting dan 8 ibu hamil dengan KEK dan anemia.

Berdasarkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) terbaru, Kota Semarang pada 2022 berhasil menekan angka stunting sebesar 10,9 persen. Jika di tahun 2021 prevalensi stunting Kota Semarang adalah 21,3 persen maka di akhir tahun 2022 turun menjadi 10,4 persen. Sementara itu, data dashboard Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Semarang menunjukkan terdapat kasus balita stunting sejumlah 1.386 anak atau 1,46 persen dari total populasi balita di Kota Semarang.

KEYWORD :

Rumah Penanganan Stunting Pemerintah Kota Semarang Rumah Pelita PPPA BKKBN




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :