Senin, 06/05/2024 13:56 WIB

Kesantunan dan Adab Kadang Hilang di Dunia Maya

Seseorang bisa saja mengunggah sesuatu di akun medsosnya, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya terlebih dahulu.

Kantor Facebook

Jakarta - Eko Prasetia diadukan ke Polisi oleh Pewarta Foto Indonesia karena pernyataan di akun media sosial miliknya yang dinilai menghina profesi jurnalis. Tindakan Eko Parsetia itu menurut Pakar Komunikasi Adi Sulhardi merupakan hal sering dilakukan oleh pengiat dunia maya.

Menurut Pria berkacamata ini, sebagian netizen, akan berbuat lebih leluasa di dunia maya, karena konsekuensi dari tindakannya tidak langsung seperti di dunia nyata.

"Konsekuensi dari apa yang diutarakannya tidak langsung saat itu juga. Beda halnya dengan dunia nyata, kalau nyindir orang bisa kena lempar saat itu juga," ujar Akademisi Universitas Mercuabuana ini, Minggu (14/1/2017).

Imbas yang tidak langsung inilah menurut Adi, kadang membuat orang yang sopan di dunia nyata malah jadi tidak beradab di dunia maya.

Dalam komunikasi di dunia nyata, seseorang kerap diliputi rasa cemas karena mengkhawatirkan reaksi. Di media sosial, kecemasan itu berkurang karena konsekuensinya tidak langsung.

Dalam posisi seperti itu, seseorang bisa saja mengunggah sesuatu di akun medsosnya, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya terlebih dahulu.

Sama seperti yang dilakukan Eko Prasetia, mengunggah foto dengan informasi yang tidak akurat, serta menyudutkan pihak tertentu.

"Oleh karena itu, setiap beraktivitas di dunia maya, harus selalu hati-hati," imbaunya.

Aksi seseorang yang lupa akan konsekuensi dari apa yang ia lakukan di dunia maya itu semakin menjadi, ketika sang pelaku terjangkit fanatisme terhadap kelompok tertentu, termasuk fanatisme politik.

Sehingga, aktivitas lawan politiknya di dunia maya akan ditanggapi dengan cara yang berlebihan.

"Itu yang disebut sebagai ingroup bias, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri, yang merupakan refleksi perasaan tidak suka kepada orang di luar grupnya," tutur kandidat Doktor Komunikasi IPB ini.

"Hal ini terjadi karena perasaan fanatisme atau loyalitas pada kelompoknya, pada umumnya akan menyebabkan devaluasi kelompok lain," ulas Adi yang juga salah satu staf Wakil Presiden Jusuf Kalla ini.

KEYWORD :

Dunia Maya Adi Sulhardi Eko Prasetia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :