Jum'at, 26/04/2024 08:36 WIB

Ulama Syiah Berpengaruh di Irak Pamit dari Dunia Politik

Ulama Syiah berpengaruh di Irak pamit dari dunia politik.

Ulama Syiah Irak Moqtada al-Sadr memberi isyarat selama konferensi pers di Najaf, Irak 18 November 2021. (Reuters)

JAKARTA, Jurnas.com - Ulama Syiah yang berpengaruh di Irak Muqtada al-Sadr pada Senin (29/8) mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia politik dan menutup lembaganya sebagai tanggapan atas kebuntuan politik yang pelik.

"Dengan ini saya mengumumkan penarikan terakhir saya," kata al-Sadr dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Twitter, mengkritik sesama pemimpin politik Syiah karena gagal mengindahkan seruannya untuk reformasi.

Ia tidak merinci penutupan kantornya, tetapi mengatakan bahwa lembaga budaya dan agama akan tetap buka.

Al-Sadr sebelumnya telah mengumumkan penarikan diri dari politik atau pemerintahan dan pembubaran milisi yang setia kepadanya tetapi tetap memegang kendali luas atas lembaga-lembaga negara dan masih memiliki kelompok paramiliter dengan ribuan anggota.

Ia sering kembali ke aktivitas politik setelah pengumuman serupa, meskipun kebuntuan politik saat ini di Irak tampaknya lebih sulit untuk diselesaikan daripada periode disfungsi sebelumnya.

Kebuntuan saat ini antara saingan al-Sadr dan Syiah telah memberikan Irak jangka panjang tanpa pemerintah.

Partai Al-Sadr, Blok Sadrist, menjadi yang pertama dalam pemilihan Oktober, tetapi dia menarik anggota parlemennya dari parlemen pada Juni setelah dia gagal membentuk pemerintahan pilihannya - di mana dia mengancam akan mengecualikan saingan kuat Syiah yang dekat dengan Iran.

Pendukung ulama yang lincah itu kemudian menyerbu zona pemerintah pusat Baghdad. Sejak itu, mereka menduduki parlemen, menghentikan proses pemilihan presiden dan perdana menteri baru.

Al-Sadr sekarang bersikeras pada pemilihan awal dan pembubaran parlemen. Dia mengatakan tidak ada politisi yang telah berkuasa sejak invasi AS pada tahun 2003 dapat memegang jabatan.

Sekutu Al-Sadr Mustafa al-Kadhimi tetap menjadi perdana menteri sementara.

Pengumuman Senin menimbulkan kekhawatiran bahwa para pendukung al-Sadr mungkin meningkatkan protes mereka tanpa pemimpin mereka untuk mengontrol mereka secara ketat, yang selanjutnya dapat membuat Irak tidak stabil.

Negara ini telah berjuang untuk pulih sejak kekalahan ISIS pada tahun 2017 karena partai-partai politik telah berebut kekuasaan dan kekayaan minyak besar yang dimiliki oleh Irak, produsen terbesar kedua OPEC.

KEYWORD :

Ulama Syiah Irak Muqtada al-Sadr Kebuntuan Politik




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :