Minggu, 19/05/2024 14:22 WIB

Kontraksi Ekonomi di Sri Lanka Tembus Delapan Persen

Kontraksi Ekonomi di Sri Lanka Tembus Delapan Persen

Banyak orang di Sri Lanka berjuang untuk membeli makanan karena harga naik (Foto: AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Kolombo, Jurnas.com - Krisis ekonomi di Sri Lanka akan menghasilkan rekor kontraksi setidaknya delapan persen tahun ini, di saat negara itu mengharapkan sejumlah bantuan dari inflasi yang tidak terkendali.

Seperti diketahui, Taiwan gagal membayar utang luar negeri senilai US$51 miliar pada April lalu, dan sedang mencari dana talangan Dana Moneter Internasional setelah berbulan-bulan kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

22 juta warganya juga menderita akibat pemadaman listrik dan tekanan biaya hidup yang meningkat, setelah kelangkaan dan jatuhnya mata uang yang menaikkan harga.

Bank Sentral Sri Lanka memproyeksikan ekonomi dapat menyusut 7,5 persen untuk tahun kalender, mengerdilkan rekor kontraksi 3,6 persen sebelumnya pada 2020 ketika pandemi berkecamuk.

"Tapi sekarang kami pikir itu akan melebihi 8,0 persen," kata gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Nandalal Weerasinghe di Kolombo dikutip dari AFP.

Dia mengatakan inflasi yang secara resmi berjalan di angka 60,8 persen, akan memuncak pada sekitar 65 persen pada September mendatang, diikuti oleh pelonggaran bertahap yang disebabkan oleh permintaan yang lebih rendah dan peningkatan pasokan.

Kekurangan valuta asing yang memicu krisis ekonomi mereda berkat arus masuk mata uang yang lebih baik dan impor yang lebih rendah.

"Kami sekarang dapat membiayai impor yang paling penting seperti bensin dan solar dan obat-obatan," jelas Weerasinghe.

Pada puncak kekurangan bahan bakar di Sri Lanka, pengendara harus menunggu berhari-hari dan terkadang berminggu-minggu untuk mengisi ulang, tetapi penjatahan bahan bakar yang ketat memperpendek antrian.

Protes berbulan-bulan atas ekonomi yang runtuh memuncak dengan pengunduran diri presiden Gotabaya Rajapaksa, yang terpaksa meninggalkan kediaman resminya setelah diserbu oleh kerumunan besar bulan lalu.

Rajapaksa dituduh salah mengelola ekonomi negara kepulauan itu hingga tidak mampu membiayai impor yang paling penting sekalipun.

Dia telah melakukan perjalanan ke Thailand dan rekan dekat mengatakan dia putus asa untuk kembali ke rumah, di mana dia menghadapi tuduhan korupsi yang telah ditangguhkan.

KEYWORD :

Sri Lanka Kontraksi Ekonomi Inflasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :