Jum'at, 26/04/2024 11:00 WIB

Tekan Angka Stunting, BKKBN Ajak Mahasiswa dan Bidan Cegah Kelahiran Prematur

Bidan jadi salah satu penentu keberhasilan penanganan stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menghadiri Musyawarah Daerah Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Quest Jalan Plampitan Semarang, Jumat (18/2).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, angka kelahiran prematur sampai saat ini masih cukup tinggi. Hal ini berpotensi cukup besar pada terjadinya stunting.

"Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 angkanya mencapai 29,5 persen," kata Hasto saat menjadi pembicara secara daring pada acara Workshop Penguatan SDM Terkait Center of Excellence Percepatan Stunting Poltekes Kemenkes Yogyakarta, Rabu (25/5).

Menurut Hasto, peran calon bidan dan bidan menjadi penentu keberhasilan penanganan stunting. Salah satunya dengan menjadi bagian dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK) di desa bersama Penyuluh KB, Kader KB, dan PKK.

"Saya minta mahasiswa dan calon bidan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur, karena berpotensi cukup besar pada terjadinya stunting," kata Hasto.

Ia menekankan bahwa penanganan stunting sangat penting utamanya dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Hasto mengatakan, BKKBN telah menyiapkan sekitar 600 ribu orang yang tergabung dalam 200 ribu TPK untuk menekan angka stunting menjadi 14 persen di 2024.

TPK bertugas melakukan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan, dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting.

Lebih lanjut, mantan bupati Kulon Progo itu mengatakan, bidan merupakan sosok yang paling bisa dipercaya dalam melayani dan memeriksa tumbuh kembang anak-anak.

"Selain memiliki izin legal melakukan praktik di desa, bidan juga mampu mendampingi keluarga terutama dalam memberikan pengetahuan seputar kesehatan," tutur Hasto.

Disamping itu, Bidan juga sampai sejauh ini telah membantu pemerintah dalam menyosialisasikan pentingnya alat kontrasepsi pada perempuan Indonesia, sehingga jarak kelahiran yang menjadi salah satu penyebab stunting dapat diatasi.

"Serta saat ini kita bisa menikmati juga melalui adanya bonus demografi, karena berhasil mengatur jarak kelahiran melalui Program Keluarga Berencana," imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut Kepala BKKBN juga menyampaikan apresiasinya pada Poltekes Kemenkes Yogyakarta yang telah menjadi Center of Excellence penanganan stunting dengan memasukan materi stunting dalam kurikulum program studi kebidanan.

KEYWORD :

BKKBN Bayi Prematur Stunting Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :