Jum'at, 17/05/2024 04:17 WIB

AS Tuding Rusia Gunakan Makanan sebagai Senjata di Ukraina

AS tuding Rusia gunakan makanan sebagai senjata di Ukraina

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberikan jumpa pers di akhir pertemuan para Menteri Luar Negeri NATO di markas besar Aliansi di Brussels, Belgia, 24 Maret 2021 [Olivier Hoslet / Pool / Anadolu Agency]

JAKARTA, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata di Ukraina. Ia menyebut Rusia menyandera pasokan makanan tidak hanya untuk jutaan orang Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada ekspor Ukraina.

Di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB),  Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina.

"Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi - untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina," katanya.

"Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera oleh militer Rusia," sambungnya.

Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk gandum, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung.

Rusia dan Ukraina sama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak.

Adapun Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium global, nutrisi tanaman.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengatakan, benar-benar salah bahwa Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun.

Ia menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan menambang perairan dan mengatakan militer Rusia telah berulang kali mencoba membuka koridor yang aman untuk kapal.

Nebenzia menyalahkan sanksi Barat yang dijatuhkan pada Moskow atas perang Ukraina karena memiliki efek mengerikan pada ekspor makanan dan pupuk Rusia. Blinken menolak klaim Rusia bahwa sanksi memicu krisis pangan.

"Keputusan untuk mempersenjatai makanan adalah milik Moskow dan Moskow sendiri," kata Blinken.

"Sebagai akibat dari tindakan pemerintah Rusia, sekitar 20 juta ton biji-bijian tidak terpakai di silo Ukraina karena pasokan makanan global berkurang, harga meroket, menyebabkan lebih banyak lagi di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan," tuturnya.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres sedang mencoba menengahi kesepakatan yang akan memungkinkan Ukraina melanjutkan ekspor makanan melalui Laut Hitam dan menghidupkan kembali produksi makanan dan pupuk Rusia ke pasar dunia.

"Ada cukup makanan untuk semua orang di dunia. Masalahnya adalah distribusi, dan ini sangat terkait dengan perang di Ukraina," kata Guterres kepada dewan tersebut, Kamis.

Sumber: Reuters

KEYWORD :

Amerika Serikat Ekspor Gandum Makanan Senjata Invasi Rusia Ukraina Antony Blinken




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :