Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin/Cak Imin) saat takziah ke rumah Muhammad Fathir, salah satu santri yang meninggal dalam kebakaran pesantren di Karawang
Karawang, Jurnas.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sangat berduka atas kejadian kebakaran pesantren di Karawang yang membuat delapan santri meninggal dunia.
Cak Imin yang cicit dari salah satu pendiri NU, KH. Bisri Syansuri melakukan takziyah ke kediaman almarhum Muhammad Fathir di daerah Cilamaya Barat, Karawang, Selasa (22/2/2022).
Fathir merupakan salah satu santri korban kebakaran Pondok Pesantren Miftahul Khoirot, Karawang, Jawa Barat. Suasana haru dan duka begitu terasa di kediaman almarhum.
Nur Salim Hadi, ayahanda Fathir, tak bisa menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam usai ditinggal sang anak sulung untuk selamanya.
Suasana duka mendalam juga dirasakan Cak Imin. "Sabar ya Pak. Insyaallah kalau kita ikhlas bisa menjadi kekuatan Bapak dan keluarga baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi dianya (Fathir) di pesantren kayak gitu,” kata Cak Imin.
Nur Salim menyebut sang anak masih duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI/setingkat Sekolah Dasar/SD) dan akan lulus pertengahan tahun ini. Tak hanya itu, Fathir juga sudah hafal 2 juz Alquran sepanjang dia mondok di Miftahul Khoirot.
Awalnya, kata Nur Salim, Fathir bersekolah di salah satu sekolah umum tak jauh dari kediamannya. Namun karena pandemi dan sistem pembelajaran kerap online, dia berinisiatif memondokkan putranya ke pesantren agar mendapatkan pembelajaran yang optimal.
“Mulai ada Corona itu dia di pesantren Pak. Awalnya dia naik kelas lima (sekolah) di Nagasari, gara-gara Corona selama 4 bulan daring, saya inisiatif kok belajar kayak gini, ya sudah pesantren saja,” tutur Nur Salim.
Saat mendengar musibah kebakaran itu, Nur Salim bergegas berangkat ke pesantren untuk memastikan kondisi Fathir dengan mengendarai motor. Namun di tengah jalan, dia mendapatkan informasi dari grup wali santri bahwa putranya turut menjadi korban meninggal dalam kebakaran itu.
“Saya naik motor ke Pesantren untuk cek kondisi anak saya. Ya memang mau ke situ pakai motor Pak supaya lebih cepat, tapi Pak,…” tutur Nur Salim yang tak mampu membendung air matanya.
Nur Salim berujar kepergian Fathir adalah musibah yang sangat berat baginya. Anak pertama dari dua bersaudara itu selama ini dikenal periang dan juga rajin ibadah. Apalagi saat di pesantren, Fathir sudah mulai menghafalkan Alquran.
Cak Imin berulang kali menepuk pundak Nur Salim untuk tabah dan sabar menerima musibah tersebut. Dia juga tak mampu berucap karena turut merasakan duka mendalam Nur Salim dan seluruh keluarga.
“Yang penting ikhlas dan sabar ya Pak. Anak Bapak itu yang membuatkan jalan bahagia di dunia dan akhirat,” ujar Cak Imin.
Sebelumnya, Cak Imin yang keponakan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Diri) juga sempat mengunjungi Pesantren Miftahul Khoirot dan mengecek langsung lokasi kebakaran. Dia disambut oleh pengasuh Pesantren Miftahul Khoirot, KH. Agus Muhtadi beserta sejumlah jajaran pengurus.
Melihat musibah ini, Wakil Ketua DPR RI ini berharap keterbatasan-keterbatasan di pesantren dapat segera dibenahi oleh pemerintah.
“Tentu semua pondok pesantren mengalami keterbatasan fasilitas yang ada. Karena itu melalui UU Pesantren, melalui Perpres Pesantren, saya harapkan pemerintah memberikan perhatian yang sangat serius keterbasan-keterbatasan sarana dan prasarana terutama standar evakuasi dan standar penanganan apabila ada masalah atau musibah,” tutur Cak Imin.
KEYWORD :Kebakaran Cak Imin santri Pondok Pesantren