Selasa, 23/04/2024 16:44 WIB

Inggris Minta Pembicaraan Nuklir Iran Dipercepat

Kesepakatan yang mencabut sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan tindakan nuklirnya tetap jadi peluang besar.

Wakil Sekretaris Jenderal Layanan Tindakan Eksternal Eropa Enrique Mora dan kepala perunding nuklir Iran Ali Bagheri Kani menunggu dimulainya pertemuan Komisi Gabungan JCPOA di Wina, Austria pada 29 November 2021. (File foto: Delegasi UE di Wina/ Selebaran melalui Reuters)

PARIS, Jurnas.com - Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah memberi tahu timpalannya dari Iran, Ebrahim Raisi bahwa kesepakatan yang mencabut sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan kegiatan nuklirnya masih mungkin tetapi pembicaraan perlu dipercepat.

Prancis, Jerman dan Inggris, yang dikenal sebagai E3, dan Amerika Serikat (AS) berusaha menyelamatkan perjanjian Wina 2015 dengan Iran, tetapi para diplomat Barat mengatakan negosiasi, yang telah memasuki putaran kedelapan sejak 27 Desember, berjalan terlalu lambat.

"Presiden Republik menegaskan kembali keyakinannya bahwa solusi diplomatik adalah mungkin dan penting, dan menekankan bahwa setiap kesepakatan akan membutuhkan komitmen yang jelas dan memadai dari semua pihak," sebut istana Elysee, kantor Macron.

Dikutip dari Reuters, pernyataan itu dikeluarkan setelah Macron melakukan percakapan telepon dengan Raisi, Sabtu (29/1).

"Beberapa bulan setelah dimulainya kembali negosiasi di Wina, dia bersikeras tentang perlunya mempercepat untuk segera mencapai kemajuan nyata dalam kerangka ini," tambahnya.

"Dia menggarisbawahi perlunya Iran untuk menunjukkan pendekatan konstruktif dan kembali ke implementasi penuh kewajibannya," katanya.

Macron juga meminta pembebasan segera akademisi Prancis-Iran Fariba Adelkhah, yang dipenjara kembali pada Januari, dan turis Prancis Benjamin Briere, yang pada Selasa dijatuhi hukuman delapan tahun penjara atas tuduhan mata-mata.

KEYWORD :

Eropa Prancis perjanjian nuklir Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :