Jum'at, 09/05/2025 12:45 WIB

BKKBN Salurkan Beras Fortivit Bulog ke Masyarakat Berpotensi Stunting di Lembang

Sebagai upaya percepatan penurunan stunting, BKKBN telah meluncurkan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). Hal ini selaras dengan Perum Bulog sebagai perusahaan negara yang bergerak di bidang pangan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menyerahkan bantuan beras bervitamin (Fortivit) di Kabupaten Bandung Barat, Kamis (27/1).

BANDUNG, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyerahkan beras bervitamin (Fortivit) dari Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) ke masyarakat, yang berpotensi stunting di Lembang, Bandung Barat, Kamis (27/1).

Advokasi dan Penggerakkan Informasi (ADPIN), BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso dalam sambutannya menghaturkan terima kasih kepada Perum Bulog, yang telah turut serta dalam melakukan penekanan angka stunting.

"Kepada para kader apa yang dibantu oleh Perum Bulog menjadi pemancing. Ke depannya tanggung jawab pemerintahan Kabupaten Bandung Barat," kata Teguh.

Teguh mengatakan, sebagai upaya percepatan penurunan stunting, BKKBN telah meluncurkan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). Hal ini selaras dengan Perum Bulog sebagai perusahaan negara yang bergerak di bidang pangan.

Seperti diketahui Perum Bulog mendukung setiap upaya Pemerintah dalam menyiapkan sumber unggul dan mencegah stunting pada anak dan balita akibat masalah kurang gizi kronis.

"BKKBN mengandeng Perum Bulog untuk bergabung dalam DASHAT bersama Tim Penggerak PKK selaku Tim Pendamping Keluarga dalam mengolah bahan pangan bergizi," kata Teguh.

"DASHAT bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan akses makanan sehat bagi anak stunting, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, serta peningkatan pengetahuan terkait gizi seimbang, terutama untuk keluarga yang berisiko stunting dan juga Food Bank," sambungnya.

Menurut Riskesdas 2018, stunting Indonesia mencapai 30,8 persen. Sedangkan 48,9 persen ibu hamil, 32 persen remaja 15-24, dan 38,5 persen balita mengalami anemia. Secara global, sekitar 50-60 persen angka anemia disebabkan defisiensi zat besi atau biasa disebut Anemia Defisiensi Besi.

Di tempat yang sama, Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita mengatakan, Perum Bulog terus berupaya untuk meningkatkan gizi masyarkat salah satunya dalam penyediaan produk, seperti beras Fortivit.

"Ini adalah beras fortivikasi. Sebenarnaya beras ini  dari petani di sini. Jaid Bulog itu selalu menyerap beras dari petani lokal kemudian kita olah ditambahin kernel," jelas Febby.

Dalam kernel ini, kata Febby, terdapat kandungan seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, zat besi (Fe) dan seng (Zn) yang dipres menyerupai beras.

"Kernel itu bentuknya seperti beras. Nanti kalau ibu-ibu di rumah nemu ada yang kayak kuning-kuning jangan dibuang. Jadi itulah vitaminnya, yang kita pres mengunakan teknologi lalu kita campur dengan beras," terang Febby.

Febby mengatakan, Perum Bulog sangat mendukung program peningkatan gizi masyarakat yang sudah berjalan dari BKKBN salah satunya program DAHSAT karena generasi sehat tercipta dari dapur yang sehat, dan dapur yang sehat dimulai dari makanan yang sehat.

Selain bekerja sama dengan Instansi Pemerintah Pusat seperti BKKBN, Perum Bulog juga saat ini telah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah maupun Swasta dalam hal penyediaan pangan bervitamin dan penurunan stunting dengan harga yang terjangkau.

"Ke depan harapan kami semakin banyak lagi kerjasama atau sinergi Pemerintah Daerah/Kabupaten, Kepolisian dan stakholder lainnya bersama dengan Perum Bulog dalam pengelolaan pangan dan penyediaan pangan bervitamin," katanya.

Sebagai informasi, bantuan beras Fortivit melalui Bulog Peduli ini sebanyak 500 kg diserahkan kepada BKKBN untuk disalurkan ke masyarakat, yang berpotensi stunting di Lembang, Bandung Barat.

KEYWORD :

Beras Fortivit BKKBN Perum Bulog Febby Novita Bulog Peduli Gizi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :