Jum'at, 26/04/2024 02:18 WIB

Diskusi Bamusi: Pemimpin Perempuan Tak Ada Persoalan

Martabat dan Perjuangan Perempuan 

Webinar Bamusi membahas Martabat dan Perjuangan Perempuan

Jakarta, Jurnas.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan, perempuan Indonesia secara historis terus berkipah di segala bidang.

Perempuan juga bisa menjadi pemimpin, baik dikaji secara agama, secara konstitusi, maupun secara historis sejarah.

"Muhammdiyah di tahun 2010 menetapkan Tarjih yang sudah disetujui oleh seluruh wilayah Indonesia. Jadi tahun 2010 disahkan bahwa perempuan boleh menjadi presiden," ungkap Siti Ruhaini dalam Webinar yang diadakan Bamusi PDI Perjuangan (PDIP) pada Senin (24/1/2022).

Webinar dengan judul “Martabat dan Perjuangan Perempuan dari Persepektif Agama, Sejarah, dan Budaya” itu juga dihadir Ketua DPP PDIP yakni Ahmad Basarah, Eriko Sotarduga, Sri Rahayu, dan Mindo Sianipar.

Siti Ruhaini menjelaskan, sejarah Republik Indonesia mencatat bagaimana seorang perempuan menegakkan amanat konsitusi yang dilakukan oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.

"Ibu Megawati berjuang melawan otoritarianisme politik pada masa lalu menuju reformasi demokrasi, beliau juga menjadi Presiden perempuan pertama Indonesia serta inilah yang tercatat beliau mengikis apa yang disebut ideologi ibuisme pada waktu itu, pada saaat itu kencang sekali bahwa politik itu bukan ranahnya perempuan," kata Siti.

Pada kesempatan sama, Ulama NU Nyai Badriyah Fayumi menyebut dalam perspektif Nadhatul Ulama, sebetulnya kepemimpinan perempuan itu sesuatu yang sudah selesai.

"Beberapa buktinya adalah Ibu Megawati menjadi presiden wakilnya Pak Hamzah Has seorang Nadyinin, kemudian ketika Ibu Megawti menjadi calon presiden berpasangan dengan waktu itu KH Hasyim Musyadi," ungkap Fayumi.

"Artinya secara umum persoalan kepemimpinan di ranah publik, di ranah politik, dalam perseptif Nadhiyin itu sesuatu relatif yang sudah selesai," sambungnya.

Sementara Ketua Umum Bamusi yang juga Ketua DPP PDIP Hamka Haq menuturkan, bangsa Indonesia dalam sejarahnya telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin perempuan, bahkan di era majapahit.

"Bahkan lebih dari itu, bangsa kita telah pernah dipimpin oleh seorang Presiden perempuan Ibu Prof Dr Hj Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima RI. Pada periode sekarang, alhamdulillah putri beliau terpilih menjadi Ketua DPR RI Ibu Hj Dr Puan Maharani, semoga beliau-beliau diberi kesehatan dan umur panjang untuk memimpin bangsa ini seterusnya," jelas Hamqa.

Ketua DPP PDIP Wiryanti Sukamdani pun mengingatkan pesan Megawati bahwa masalah kekerasan perempuan,  pelecehan, atau keterbelakangan harus ditangani serius.

"Ibu Ketua Umum selalu mengatakan, yang juga menjadi perhatian adlaah masalah stunting itu masalahnya masalah perempuan. Juga masalah lain yang tidak bisa dianggap remeh atau dianggap kecil," jelas Wiryanti.

Senada, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati meskipun banyak diterpa masalah, ini harus bisa menjadi motivasi.

"Meskipun berbagai tantangan masih terus kita rasakan, hal ini tak boleh menyurutkan kita. Malah semakin memperkuat motivasi dan komitmen kita untuk mencapai pembangunan nasional," kata Bintang.

Sementara, Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma mengingatkan, bahwa perempuan punya modal besar untuk memecahkan segala masalah.

"Kita bisa menjadi pembangkit semangat saat kemudian ada sesuatu yang mungkin kita bisa tingkatkan kapasitasnya, disitulah kelebihan kaum perempuan menurut saya," kata Risma.

KEYWORD :

pemimpin perempuan Bamusi Muhammadiyah Nahdlatul Ulama Megawati Soekarnoputri




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :