Jum'at, 19/04/2024 14:16 WIB

Elektabilitas Airlangga Jeblok, Politikus Senior: Perlu Munaslub untuk Selamatkan Golkar

Golkar terancam jeblok di 2024

Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Golkar

Jakarta, Jurnas.com - Politisi senior Golkar, Erwin Ricardo Silalahi mendesak para elite Golkar segera memutuskan pergantian ketua umum, menyusul rendahnya daya jual sosok Airlangga Hartarto di mata publik.

Erwin menilai Airalngga sudah tidak pantas lagi menjabat sebagai Ketua Umum Golkar, karena kepercayaan publik khususnya di internal Partai Golkar sudah menurun, ditambah lagi isu `Layangan Putus` tentang dugaan perselingkuhannya dengan perempuan bernama Rifa Handayani.

"Ibarat bangunan, Airlangga ini bangunan yang mangkrak, susah untuk direnovasi, satu satunya jalan ya dirobohkan," ujar Erwin kepada wartawan, Selasa (11/1).

Erwin mengaku tak habis pikir dengan elektabilitas Airlangga yang masih terus berkutat di angka nol koma sekian. Bahkan masih jauh di bawah kader Golkar selevel Dedi Mulyadi.

"Bayangkan saja, dia kan sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian, sebagai ketua umum Partai Golkar, sudah tebar program dan baliho di mana-mana, tetap saja elektabilitasnya tidak naik. Bahkan kalah dengan Dedi Mulyadi. Kalau tetap dipertahankan, percayalah, Golkar bakal jeblok di 2024," imbuhnya.

Erwin yang pernah menjabat Ketua DPP Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) mendorong agar Golkar menggelar Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) untuk mengganti posisi Airlangga sebagai ketua umum. Atau bisa juga dengan menggelar Pleno yang diperluas.

Kata Erwin, kondisi saat ini sama persis ketika Airlangga diangkat menjadi Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto. Terjadi kondisi mendesak saat itu.

"Saya pikir ini sama kondisinya juga mendesak, karena kader Golkar khususnya di daerah-daerah yang juga resah dengan kondisi Airlangga saat ini," tegasnya.

"Selain tak dipercaya publik, kasus perselingkuhannya dengan Rifa Handayani juga membuat gerah. Dengan diamnya Airlangga, ini menandakan bahwa kasusnya itu memang benar terjadi, dan ini tidak bisa dibiarkan, sangat merusak citra Golkar," lanjut Erwin.

Sebelumnya, kader Partai Golkar Dedi Mulyadi lebih dipilih oleh responden menjadi Presiden RI ketimbang ketua umumnya Airlangga Hartarto. Hal ini berdasarkan temuan dari lembaga Indikator Politik Indonesia pimpinan Burhanuddin Muhtadin merilis hasil survei terbarunya terkait dengan calon presiden (capres) 2024. 

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Melchias Markus Mekeng mengakui memang Dedi Mulyadi sudah intens melakukan publikasi di media sosialnya dengan terjun langsung ke masyarakat.

Salah satunya melihat fenomena-fenomena yang ada di masyarakat. Sehingga tidak ada sekat antara masyarakat dengan Dedi Mulyadi.

"Kalau saya melihat Dedi Mulyadi di Top Of Mind itu tinggi ya kita semua tahu dia publikasi di media sosial cukup bagus, dan masyarakat senang dengan gaya yang dilakoni oleh Dedi Mulyadi dengan merangkul masyarakat, menyelesaikan masalah masyarakat. Tidak ada jarak antara dia dan masyarakat siapapun itu sampai itu sampai di lapis bawah," ujar Mekeng.

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Golkar ini juga mengatakan, hal tersebut yang membuat Dedi Mulyadi meraih simpati dari masyarakat. Mekeng pun teringat dengan gaya Dedi Mulyadi mirip seperti Joko Widodo (Jokowi) di 2014 silam yang ingin menjadi calon Presiden RI.

"Jadi ini yang sebetulnya diinginkan oleh masyarakat yakni pemimpin seperti Pak Jokowi muncul waktu 2014 kan modelnya seperti itu, nah dan Dedi Mulyadi juga modelnya seperti itu," katanya.

Karena itu, Mekeng berpesan kepada ketua umumnya Airlangga Hartarto dan juga tokoh-tokoh lainnya untuk bisa berbenah diri menaikkan elektabilitasnya. Sebab dia meyakini Indikator Politik Indonesia adalah lembaga yang kredibel dan tidak bisa dibayar hanya karena pesanan tertentu.

"Jadi orang-orang di bawahnya Dedi enggak boleh kebakaran jenggot karena ini realita dan saya yakin Burhanuddin Muhtadi tidak bisa dibayar dengan model-model begitu," ungkapnya.

Adapun temuan Survei Indikator Politik Indonesia memaparkan `Top Of Mind Pilihan Presiden`. Di survei tersebut Indikator mengajukan pertanyaan siapa yang dipilih oleh masyarakat menjadi Presiden RI jika Pilpres dipilih saat ini.

Hasil survei tersebut menempati yang urutan pertama adalah nama Joko Widodo (Jokowi) dengan persentase 20,8 persen. Namun yang menarik ada nama kader Partai Golkar Dedi Mulyadi yang dipilih responden. Dia menempati urutan ke-9 dengan persentase 1.0 persen.

Sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berada diposisi ke-29 dengan persentase dipilih responden sebesar 0,1 persen.

Hasil ini diperoleh Indikator Politik Indonesia dari survei yang dilakukan terhadap masyarakat berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dengan metode multistage random sampling pada 6-11 Desember 2021.

Melibatkan sebanyak 2020 responden, dengan jumlah sampel basis sebanyak 1.220 orang yang tersebar proporsional di 34 provinsi serta dilakukan penambahan sebanyak 800 responden di Jawa Timur

Ukuran sampel basis 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

KEYWORD :

Erwin Ricardo Silalahi Airlangga Hartarto Partai Golkar Munaslub Dedi Mulyadi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :