Kamis, 03/07/2025 23:04 WIB

China Sebut UU AS tentang Impor Xinjiang sebagai Intimidasi Ekonomi

China menolak tuduhan pelanggaran terhadap sebagian besar minoritas Muslim Uighur di wilayah barat laut Xinjiang sebagai kebohongan.

Menara pengawas di fasilitas keamanan tinggi dekat kamp yang diduga pendidikan ulang bagi etnis minoritas Muslim di luar Hotan di wilayah Xinjiang, China. (Foto: Greg Baker/AFP)

BEIJING, Jurnas.com - Kementerian Perdagangan China telah menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan tegas terhadap larangan Amerika Serikat (AS) atas impor dari wilayah Xinjiang. Kementerian menggambarkan tindakan AS sebagai intimidasi ekonomi.

Presiden AS, Joe Biden pada  Kamis menandatangani undang-undang undang-undang yang melarang impor dari wilayah Xinjiang China karena kekhawatiran tentang kerja paksa.

China menolak tuduhan pelanggaran terhadap sebagian besar minoritas Muslim Uighur di wilayah barat laut Xinjiang sebagai kebohongan.

Undang-undang AS itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan, termasuk seruan para aktivis untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Februari di Beijing.

Undang-undang tersebut melarang bisnis AS mengimpor barang dari Xinjiang kecuali jika barang tersebut dapat dibuktikan tidak dibuat dengan kerja paksa.

"Tindakan itu secara jahat merendahkan situasi hak asasi manusia di Xinjiang China dengan mengabaikan fakta dan kebenaran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian.

"Ini sangat melanggar hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional dan sangat mengganggu urusan dalam negeri China," kata Zhao. "China menyesalkan dan dengan tegas menolak ini."

Pemerintah dan peneliti asing mengatakan lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas lainnya telah dikurung di kamp-kamp di Xinjiang, di mana para pejabat China dituduh menggunakan aborsi paksa, kerja paksa, dan indoktrinasi massal.

Para pejabat menolak tuduhan itu, dengan mengatakan kamp-kamp itu dimaksudkan untuk pelatihan kerja dan untuk memerangi “radikalisme”.

"Tuduhan itu adalah kebohongan jahat yang dibuat oleh pasukan anti-China," kata Zhao. "Penduduk dari semua kelompok etnis di sana menikmati kehidupan yang bahagia dan memuaskan.”

Media pemerintah China telah mengkritik alas kaki, pakaian, dan merek asing lainnya yang mengungkapkan keprihatinan tentang Xinjiang dan memublikasikan seruan untuk memboikot barang-barang mereka.

Pada hari Kamis, pembuat chip Intel Corp meminta maaf karena meminta pemasok untuk menghindari sumber barang dari Xinjiang, sumber utama silika yang digunakan dalam chip prosesor.

The Global Times, sebuah surat kabar yang diterbitkan oleh partai yang berkuasa, menyebut permintaan perusahaan itu “sombong dan kejam”.

KEYWORD :

Amerika Serikat China Wilayah Xinjiang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :