
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi membuka Rembug Paripurna KTNA Nasional pada Kamis (23/9)
JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu faktor penting dalam pembangunan pertanian adalah daya saing.
Hal itu disampaikan pada acara Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobral), yang berjudul `Lean Farming Budidaya Bawang Merah Berbasis Kawasan Perdesaan Berorientasi Agrobisnis` yang digelar secara virtual, Selasa (16/11).
Daya saing selama ini, kata Dedi, masih menjadi salah satu permasalahan yang menimpa hampir semua komoditas pertanian Indonesia, kecuali kelapa sawit, kopi, kakao, lada dan karet.
Menurut Dedi produk pertanian yang berdaya saing harus dimulai dari proses produksi yang efisien. Proses produksi tidak boleh boros dan tidak memerlukan energi yang banyak.
"Sebagai contoh, kedelai kita daya saingnya sangat rendah. Meskipun kita bisa menghasilkan kedelai, tapi kita masih impor karena daya saing kedelai kita kalah dibandingkan kedelai dari China, Amerika Serikat (AS), dan Brasil," kata Dedi.
Tingkatkan Produksi Padi Musim Kemarau, Kementan Siap Latih Widyaiswara, Dosen, Guru dan Penyuluh Pertanian
"Bayangkan untuk menghasilkan satu kg kedelai memerlukan kurang lebih Rp 7.500. Kalau petani jual Rp 7.500 tidak ada untungnya. Sementara kedelai Brasil, China, AS hanya Rp 5.000-6.000 per kg," sambungnya.
Karena itu, Dedi menyampaikan, untuk menghasilkan produk yang berdaya saing kata kuncinya adalah efisiensi. Artinya input produksi harus efisien di saat yang sama produktivitasnya harus digenjot setinggi-tingginya.
"Faktor produksi atau input pertanian kita adalah pupuk. Pupuk kita harus efisien. Tidak boleh boros. Pupuk yang secukupnya. Kalau berlebihan berarti buang-buang duit, berarti tidak efisien, bahkan produktivitas bisa menurun karena risiko serangan penyakit," kata Dedi.
"Pestisida juga gunakan secukupnya. Bahkan lebih baik gunakan pestisida nabati biar lebih efisien. Efisien karena pestisida petani bisa bikin sedangkan pestisida kimia petani tidak bisa bikin," sambungnya.
Dedi menyambut baik lean farming yang bertujuan untuk menekan biaya produksi saat yang sama mendorong produktivitas. "Oleh karena itu, produk pertanian berdaya saing mutlak untuk agrobisnis pertanian. Berarti proses produksinya harus efisien tidak boleh boros," kata Dedi.
Duta Petani Andalan (DPA), Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Susanto mengatakan, sektor pertanian bukan hanya tugas Kementan tapi juga harus melibatkan Kemendes PDTT, Kementerian Koperasi, dan Kementerian BUMN.
"Pertanian ini adalah perusahaan, pertanian ini industri, pertanian ini bisnis. Kalau kita hanya sekadar menanam tidak efisien tidak ada nilai tambahnya makin lama pertanian akan redup," kata dia.
Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) sekaligus Penyuluh Swadaya di Desa Klagen, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur itu mengatakan, terus memberikan penyuluhan terkait penerapan teknologi dalam rangka menuju lean farming.
Teknologi tersebut di antaranya light trap insect. Teknologi ini mampu memutus siklus dan hama pada komoditas bawang merah. "Ini investasinya besar per hektare Rp10-13 juta, namun kalau konsep ini diterapkan ini jangka panjang. Di sisi lain, tidak meracuni tanah," ujarnya.
"Jadi kita punya misi bagaimana agar bertani ekonomis, bagaimana bertani efisien, bagaimana bertani yang punya nilai tawar, bagaimana bertani agar punya nilai tambah, dan berkelanjutan," sambungnya.
KEYWORD :lean farming penyuluhan pertanian Dedi Nursyamsi