Kamis, 25/04/2024 20:33 WIB

Digitaliasi Pertanian Hemat Energi dan Tenaga Petani

Saat ini negara-negara mulai berlomba-lomba untuk menerapkan cara paling efektif dan efisien untuk menjawab tantangan tersebut dengan sistem dan informasi teknologi.

Mantan Menteri Pertanian (Mentan), Bungaran Saragih pada webinar Solusi Digitalisasi Pertanian, Kamis (21/10).

JAKARTA, Jurnas.com - Mantan Menteri Pertanian (Mentan), Bungaran Saragih mengatakan, tantangan ketahanan pangan menjadi semakin sulit mengingat lahan produktif pertanian semakin terbatas serta iklim yang semakin sulit diprediksi sebagai akibat dari pemanasan global.

"Di tingkat global tantangan ketahanan pangan menjadi semakin sulit. Dunia butuh memproduksi 70 persen lebih banyak makanan pada tahun 2050 untuk memberi makan lebih dari 9 miliar orang," kata Bungaran pada webinar `Solusi Digitalisasi Pertanian`, Kamis (21/10). 

Bungaran mengatakan, saat ini negara-negara mulai berlomba-lomba untuk menerapkan cara paling efektif dan efisien untuk menjawab tantangan tersebut dengan sistem dan informasi teknologi.

Dengan sistem dan informasi teknologi, lanjut Bungaran, semua aktivitas pertanian dapat dilakukan secara otomatis dan dikendalikan dari jarak jauh. Dengan begitu, petani dapat menghemat air, energi dan sumer daya lainnya.

"Ketika petani harus memantau ke kebun dengan berjalan, berapa waktu dan energi yang habis terbuang. Tetapi ketika petani miliki akses ke alat digital misalnya seperti drone, mereka dapat dengan mudah melihat dan mendiagnosa ancaman tanaman dari jarak jauh," kata Bungaran.

Karena itu, Ketua Dewan Redaksi Majalah Agrina itu menekankan, peran smart farming (bertani cerdas) menjadi sangat penting dalam membangun agribisnis nasional. Bukan hanya di hulu tetapi juga di hilir.

"Jadi, smart farming harus perlu menjadi smart system dan smart agribusiness secara keseluruhan. Tidak bisa ada smart farming kalau lingkungannya (layannnya) tidak smart juga. Layannnaya seperti pupuk, irigasi, obat-obatan, itu harus smart juga," ujarnya.

Pada bagian lain, Bungaran mengingatakan, inovasi ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan satu hal yang tidak bisa dihindari. Teknologi canggih, kata dia, hanyalah alat, bukan tujuan.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan, dalam periode 2021-2024, Ditjen Hortikultura melakukan pengembangan Kampung Hortikultura, yaitu kampung buah, sayuran, tanaman obat, dan florikultura.

"Ini kami kemas sedemikian rupa bagaimana Kampung Hortikultura tidak hanya one village one product, tapi one village one Variety. Dari sini sebetulnya sudah terjadi digilitasi dalam one village one variety ada registrasi kampung hortikiltura," ujarnya.

"Kampung hortikiltura, yang sudah terigtrasi hampir 1000 kampung," sambungnya.

Selain mengembangkan Kampung Hortikultura, kata Retno, Ditjen Hortikultura juga melakukan penumbuhan Usaha mikro kecil menengah (UMKM) Hortikutrura.

"Tahun 2021 target mengembangan 220 UMKM dan tahun 2022 lebih dari 300 kita akan kembangkan. Tentunya digitaliasasi sudah kita mulai dengan market online bahkan promosi-promosi sudah kita lakukan berbasis online," ujarnya.

Retno menjelaskan, digitalisasi pada prinsipnya adalah sinergi program dengan seluruh stakeholder. Horminisasi dan sinergitas stakeholder sangat penting dalam mewujudkan peningkatan produkitivitas, nilai tambah, dan daya saing produk. "Kita harapkan ada digitalisasi informasi smart dari hulu hingga hilir," ujarnya.

KEYWORD :

Digitaliasi Pertanian Bungaran Saragih




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :