Selasa, 23/04/2024 17:59 WIB

PBB: Banyak Negara Gagal Kurangi Bahan Bakar Fosil

Laporan kesenjangan produksi UNEP mengatakan, banyak negara mengebor atau menambang minyak lebih dari dua kali lipat tingkat yang dibutuhkan untuk menjaga ambang suhu 1,5 celsius tetap hidup.

Ilustrasi kekeringan dampak pemanasan global (Foto: Doknet)

New York, Jurnas.com - Rencana pemerintah untuk mengurangi bahan bakar fosil hingga 2030 mendatang, tidak sesuai upaya bersama menjaga suhu global ke tingkat yang aman.

Laporan kesenjangan produksi UNEP mengatakan, banyak negara mengebor atau menambang minyak lebih dari dua kali lipat tingkat yang dibutuhkan untuk menjaga ambang suhu 1,5 celsius tetap hidup.

Dengan konferensi iklim COP26 lebih dari seminggu lagi, dikutip dari BBC pada Rabu (20/10), fokus terbesar ada pada ambisi pengurangan karbon dari negara-negara penghasil emisi terbesar.

Namun kenyataannya, beberapa produsen minyak, gas, dan batu bara terbesar belum menetapkan rencana untuk pengurangan cepat bahan bakar fosil, yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu di tahun-tahun mendatang.

Awal tahun ini, para peneliti dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperingatkan bahaya bagi umat manusia, jika membiarkan suhu naik lebih dari 1,5 derajat celcius pada abad ini.

Untuk tetap berada di bawah ambang batas ini, diperlukan pengurangan emisi karbon sekitar 45 persen pada tahun 2030 berdasarkan tingkat tahun 2010.

Tetapi alih-alih membatasi karbon, PBB menemukan banyak negara penghasil emisi terbesar juga berencana untuk secara signifikan meningkatkan produksi bahan bakar fosil mereka.

Laporan kesenjangan produksi menemukan bahwa negara-negara berencana untuk memproduksi sekitar 110 persen lebih banyak bahan bakar fosil. Ini berarti sekitar 45 persen lebih dari yang dibutuhkan untuk menjaga kenaikan suhu hingga 2 derajat celsius.

Menurut penelitian tersebut, produksi batu bara akan turun tetapi gas akan meningkat paling tinggi selama 20 tahun ke depan, ke tingkat yang tidak sesuai dengan kesepakatan Paris.

Laporan tersebut memprofilkan 15 negara produksi utama termasuk Australia, Rusia, Arab Saudi, AS, dan Inggris. Bahkan sebagian besar negara terus memberikan dukungan kebijakan yang signifikan untuk produksi bahan bakar fosil.

"Penelitiannya jelas, produksi batu bara, minyak, dan gas global harus mulai menurun segera dan tajam agar konsisten dengan membatasi pemanasan jangka panjang hingga 1,5 derajat celcius," kata Ploy Achakulwisut, penulis utama laporan dari Stockholm Environment Institute.

"Namun, pemerintah terus merencanakan dan mendukung tingkat produksi bahan bakar fosil yang jauh melebihi apa yang dapat kita bakar dengan aman," sambung dia.

KEYWORD :

Pemanasan Global Perubahan Iklim Bahan Bakar Fosil Laporan PBB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :